Mulok Belum Ampuh, Generasi Ukir Jepara Tunggu Keajaiban

waktu baca 2 menit
Jumat, 5 Mei 2023 09:25 1 1188 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Keberadaan muatan lokal (mulok) ukir di sekolah-sekolah, belum banyak membantu kesenian tersebut bertahan di Kabupaten Jepara. Minat anak-anak Jepara untuk mewarisinya tetap makin rendah.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara diharapkan mengambil kebijakan strategis, memasukkan seni ukir sebagai bagian pembelajaran wajib pada intrakurikuler sekolah.

“Karena saat ini siswa yang berminat pada seni ukir makin terbatas. Itu tercermin saat digelar kegiatan mengukir bersama dalam peringatan Hardiknas Selasa lalu,” kata Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Prakarya SMP Kabupaten Jepara, Subagya Eka Santosa, saat dimintai tanggapannya mengenai eksistensi seni ukir di sekolah, Kamis 4 Juni 2023 kemarin.

Puluhan guru dan siswa jenjang SD dan SMP di Jepara, memang mengisi peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tingkat kabupaten dengan pentas mengukir bersama.

Kegiatan itu menjadi puncak peringatan Hardiknas di Kabupaten Jepara yang dilangsungkan Selasa 2 Mei 2023 lalu di Alun-Alun 1 Jepara.

Dikatakan, hanya terdapat 22 siswa jenjang SD dan SMP yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka didampingi sembilan guru.

Dalam kesempatan itu, mereka mengukir kayu berukuran kecil. Mulai dari ornamen hiasan dinding hingga ukiran nama orang.

Siswa yang menjadi peserta, ibarat generasi akhir Jepara pada usia sekolah yang memiliki keterampilan dasar mengukir sejak kecil.

Beberapa guru masih terus memberi arahan teknik olah kayu yang mengangkat nama Jepara mendunia tersebut.

Menurutnya, jika menginginkan seni ukir lestari, harus segera dimasukkan sebagai bagian intrakurikuler di sekolah.

BACA JUGA :  Jadwal Libur dan Cuti Bersama Juni 2024

Selain muatan lokal, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebenarnya juga telah memberi ruang pada bagian kearifan lokal, yang bisa diisi seni ukir.

“Tapi di P5 waktunya, ya, sesaat juga. Padahal pembinaan ukir memerlukan waku yang lama. Kalau intrakurikuler, siswa bisa mengikuti karena bersifat pembelajaran wajib,” tandasnya.

Kompetensi ukir dia sebut bisa dimasukkan ke Mapel Seni dan Prakarya. Pada mapel itu, siswa bisa memilih pembelajaran yang diikuti, yakni seni atau prakarya.

“Yang memilih kerajinan pada prakarya, bisa langsung diberikan materi ukir. Saya kira, dinaslah yang bisa menegaskan pilihan tersebut,” kata Subagya.

Di Jepara, sudah ada buku kurikulum ekstrakurikuler ukir. Menurutnya buku ini bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran tersebut.

Selama ini, seni ukir hanya dijadikan sebagai pembelajaran muatan lokal sesuai amanat Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggara Pendidikan. (Ar/Dr)

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Heru
    2 tahun  lalu

    Kalau tak ada perbup bupati tentang semua olahan kayu terutama exsport. Harus ada ukiran walaupun nilainya cuma rp 1000.

    Balas
LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini