REMBANG – Mondes.co.id | Kepercayaan terhadap mitos tahun duda masih cukup kuat di beberapa daerah Jawa.
Konon, menikah di tahun tertentu yang dianggap tidak memiliki pasangan pasaran dalam siklus satu windu kalender Jawa, akan membawa sial.
Kesialan itu seperti perceraian atau bahkan kematian istri. Mitos ini telah mengakar kuat dalam budaya Jawa dan seringkali dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak.
Mitos tahun duda termasuk dalam kategori gugon tuhon, yakni kepercayaan turun-temurun yang sulit dilepaskan dari kehidupan masyarakat.
Kepercayaan ini sering kali dikaitkan dengan kekuatan mistis dan dianggap sebagai takdir yang tidak dapat diubah.
Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, mitos ini terus bertahan dari generasi ke generasi.
Menurut kepercayaan Jawa, setiap tahun dalam satu windu (8 tahun) memiliki pasangan pasarannya.
Tahun yang tidak memiliki pasangan inilah yang dianggap sebagai tahun duda.
Pernikahan yang dilakukan pada tahun duda diyakini akan membawa ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan berujung pada perceraian.
Meskipun mitos tahun duda masih dipercaya oleh sebagian masyarakat, namun faktanya banyak pasangan yang menikah di tahun duda, justru memiliki rumah tangga yang bahagia dan langgeng.
Sebaliknya, tidak sedikit pula pasangan yang menikah di tahun yang dianggap baik, namun akhirnya bercerai.
Hal ini menunjukkan bahwa keberlangsungan sebuah pernikahan lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti berikut ini.
Ki Wisanggeni sebagai penggiat pretung Jawa yang sudah turun temurun dari leluhurnya mengatakan, mitos ini sendiri merupakan cerminan dari kekhawatiran manusia terhadap masa depan pernikahan.
“Mitos tahun duda sebenarnya adalah cerminan dari kekhawatiran manusia akan masa depan pernikahan. Ketidakpastian dalam kehidupan, mendorong manusia untuk mencari sandaran, termasuk pada hal-hal yang bersifat mistis. Namun, kita perlu ingat bahwa kebahagiaan dalam pernikahan adalah hasil dari usaha bersama, bukan semata-mata ditentukan oleh tahun atau tanggal pernikahan,” tegasnya.
Mitos tahun duda memang menarik untuk dibahas, namun yang lebih penting adalah bagaimana menyikapi kepercayaan ini.
Kepercayaan pada mitos boleh saja, namun jangan sampai menghambat untuk mengambil keputusan penting dalam hidup, seperti memilih pasangan hidup.
“Jangan sampai keyakinan kebolak-balik, budaya dianggap agama dan agama dianggap budaya,” pesannya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar