Foto: Aktivitas Pasar Tradisional di Trenggalek (Mondes/Her) TRENGGALEK – Mondes.co.id | Musim penghujan akhir tahun 2025, sejumlah harga komoditas di Pasar Tradisional Trenggalek mengalami fluktuasi.
Beberapa jenis kebutuhan pokok mengalami kenaikan cukup signifikan.
Di antaranya, bumbu-bumbu dapur yang terlihat cukup terasa perubahannya.
Bahkan, harga cabai rawit melambung hingga hampir menyentuh Rp100.000 per kilogram.
Padahal pada minggu sebelumnya masih di kisaran angka Rp70.000.
Hal tersebut sebagaimana dikatakan salah satu pedagang di pasar basah, Tasmini (63).
Ia mengungkapkan bahwa lonjakan terjadi baru beberapa hari ini.
“Untuk harga cabai rawit minggu lalu masih sekitar Rp70 ribuan. Mulai naik baru terjadi dalam tiga hari terakhir ini,” ungkapnya, Selasa, 9 Desember 2025.
Namun, Tasmini menambahkan, kenaikan harga tersebut malah membuat penjualan cabai kering turut meningkat.
Walau cabai kering lebih mahal yakni rentang Rp80.000-an per kilogram, tapi dari isinya lebih banyak.
Jenis ini (cabai kering) menjadi alternatif pilihan dan lebih banyak dicari konsumen.
Pasalnya, dalam kondisi kering yang biasanya cabai basah hampir 2 kilogram menjadi 1 kilogram, timbangannya terlihat sedikit namun isi dua kali lipat.
“Cabai kering 1 kilo hampir sama dengan cabai rawit basah yang 2 kilo. Selain hemat, rasa juga beda. Lebih pedas yang kering,” imbuh Tasmini.
Masih kata dia, kenaikan harga juga terdapat pada bawang merah.
Sebelumnya di sekitar Rp37.000, sekarang menjadi Rp45.000 hingga Rp50.000 per kilogram, tergantung kualitas barang.
Fenomena tersebut cukup berdampak bagi para pedagang, setidaknya membuat omzet pendapatan menurun.
Lantaran pembeli mengurangi jumlah konsumsi mereka.
Sebagai contoh, ketika harga normal biasanya mampu terjual 50 kilogram.
Tetapi saat harga melambung, dagangan 40 kilogram tidak bisa habis.
“Pas harga normal, 50 kilogram maksimal bisa habis dalam sehari. Tapi saat harga mahal seperti sekarang, 20 atau 15 kilogram cabai rawit terkadang tidak mampu habis,” keluhnya.
Terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi, diyakini akibat sejumlah faktor.
Seperti, adanya penurunan jumlah distribusi pasokan ataupun petani lokal yang gagal panen akibat serangan hama serta curah hujan tinggi.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar