Menyulam Masa Depan Anak Istimewa dari Griya Harapan Pati

waktu baca 5 menit
Senin, 8 Des 2025 15:05 0 38 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Griya Harapan, sebuah komunitas sosial kemanusiaan yang bergerak memberikan edukasi dan wadah bagi anak-anak disabilitas di Kabupaten Pati.

DBHCHT TRENGGALEK

Griya Harapan memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mendapat hak pendidikan yang layak, sebagaimana orang normal pada umumnya.

Jasmudi, selaku pendiri Griya Harapan, menuturkan bahwa anak-anak disabilitas kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya.

Oleh sebab itu, ia dan para pengajar memberikan akses anak disabilitas untuk mendapatkan ilmu dengan layak.

“Griya Harapan ini terbentuk karena adanya satu rasa welas asih dengan makhluk Allah, salah satunya ABK yang kita sebut anak istimewa, di mana anak istimewa ini kadang kala sangat termarjinalkan atau bahkan bisa jadi dianggap putra-putri mereka (orang tua) beban karena di lingkungan umum mereka ini kurang dianggap. Kami di satu komunitas bagaimana memberikan wadah untuk ABK ini, kondisi ini bukan hambatan kita memandangnya, mereka memiliki keistimewaan kalau kita memandang begitu karena lebih menghargai (sebutan istimewa) daripada menganggap mereka kekurangan,” ujarnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Senin, 8 Desember 2025.

Sebagai informasi, Griya Harapan berada di empat tempat, yakni Trangkil, Tayu, Pati, dan Winong.

Keempatnya memiliki total murid sebanyak 300 anak.

Setiap tempat memiliki waktu mengajar yang berbeda-beda.

Di Trangkil berlangsung pada Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat.

Lalu di Tayu berlangsung pada Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Kemudian di Pati berlangsung pada Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Sedangkan di Winong berlangsung pada Selasa, Rabu, dan Sabtu.

BACA JUGA :  Festival Batik Bakaran Hadir dengan Nuansa Baru, Turut Dimeriahkan Fashion Show Emak-emak

Kini ada 23 guru yang mengajar di Griya Harapan.

Anak-anak disabilitas dapat bersekolah dengan sistem non formal di situ, sesuai waktu yang ditetapkan berdasarkan kategori dan kebutuhannya.

Jasmudi menerangkan, Griya Harapan berdiri pada 23 November 2022.

Komunitas yang telah dinaungi oleh Yayasan Dermaga Family Indonesia itu terbentuk dengan support seorang dokter yang dermawan dan punya jiwa kemanusiaan tinggi, yakni dr. Novy Oktaviana.

“Griya Harapan terbentuk karena rasa empati sosial, kini ada 23 relawan guru yang disupport oleh dr. Novy Oktoviana. di Trangkil terbanyak dengan 120 dari 300 murid. Banyak sekali kegiatan Griya Harapan yang disupport CSR, dr. Novy Oktaviana, dokter spesialis kulit di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewondo, sekaligus pemilik Al Zena,” terangnya.

Pengajar di Griya Harapan memberi sumbangsih terbaik melalui ilmu untuk anak-anak disabilitas.

Pasalnya, ilmu pengetahuan sangat penting bagi mereka untuk bisa menebar kebermanfaatan di tengah keterbatasan yang dianugerahkan kepada mereka.

“Kita bermindset anak-anak ini punya ilmu pengetahuan karena menjalankan hidup tentunya dengan ilmu,” ungkap pria asal Desa Rejoagung, Kecamatan Trangkil itu.

Selama mengajar, ia dan rekan-rekan menggunakan pendekatan yang efektif dengan memadukan perasaan antara pengajar dan anak didik.

Menurut Jasmudi, metode sambung rasa sangat relevan untuk mengajak anak-anak belajar dengan nyaman, sehingga antusiasme tumbuh.

“Fondasi kita adalah cinta welas asih, bagaimana kita nyambung roso dengan anak-anak, kita pahami mereka ini punya rasa, bedanya ada keistimewaan mengelola rasa. Kami gunakan pendekatan emosional, mereka (anak disabilitas) dengan ketulusan dan ridho dengan takdirnya, mereka tidak mengeluh,” tuturnya.

Murid Griya Harapan juga antusias mengikuti pembelajaran.

Mereka ada yang sudah bersekolah maupun yang tidak bersekolah.

BACA JUGA :  Aksi Heroik Damkar Pati Tangani Hewan Liar, Didominasi Evakuasi Sarang Tawon

Ada murid autis, tuna daksa, celebral palsy, tuna netra, lumpuh otak, tuna rungu serta tuna wicara.

Pengajar pun harus menyesuaikan anak didik dalam memberikan edukasi yang tepat.

“Siswanya dari berbagai kalangan karena kita pendidikan non formal dan non profit. Siswa di sini gak perlu bayar. Siswa kami dari SLB (Sekolah Luar Biasa), pendidikan inklusi, anak-anak umum dari desa-desa yang tidak bersekolah, jadi sasaran kami sebenarnya utama anak yang tidak disekolahkan orang tuanya karena mereka kesulitan bersekolah ke SLB karena jauh mau ke kota,” jelasnya.

Diketahui, murid bisa bersekolah tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Mereka bisa mengenyam pendidikan dengan baik karena guru bisa memadukan energi anak-anak istimewa ini.

“Antusiasme terjadi ketika ada energi yang sinkron, kita mengharmonisasi energi menjadi orchestra yang baik, ibarat ketika mereka jadi tamborin, kita harus jadi suling, seperti itu untuk membersamai tumbuh kembang mereka. Kadang orang lain tidak bisa menyinkronkan energi, sehingga mereka membully mereka, bahkan secara batin,” ucap Jasmudi.

Dalam praktik diajarkan terapi okupasi untuk fokus pada sesuatu, supaya mereka bisa meningkatkan kemampuan otak.

Pembelajaran iqro’ juga diajarkan bagi mereka.

“Saat diajarkan terapi okupasi seperti membedakan warna, menyamakan warna, menempel warna untuk meningkatkan kemampuan asah otak. Ada juga mengaji, bahkan anak hiperaktif ini (salah satu murid) sudah belajar iqro’ Arab gandeng, ini pencapaian yang luar biasa, orang tidak menyangka mereka bisa seperti ini,” urainya.

Selain itu, murid diberi pelatihan keterampilan yang cocok untuk menggali potensi mereka, mulai dari menari, melukis, modelling, dan memasak.

Berbagai instansi pun kerap mengundang penampilan murid-murid Griya Harapan.

“Siswa kami ada yang diundang Kemenhub (Kementerian Perhubungan) untuk menampilkan kreasi tari, diundang Disdik (Dinas Pendidikan, diundang instansi lainnya. Tujuannya membangun mental anak-anak istimewa,” kata Jasmudi.

BACA JUGA :  Rombak Alun-alun Simpang Lima Pati, Pengecatan hingga Perbaikan Dilakukan

Bahkan, ada juga yang berprestasi di sejumlah perlombaan unjuk bakat.

“Ada praktik tari, praktik memasak untuk yang sudah dewasa, dan keterampilan akademik juga diajarkan, ada modelling juga, bahkan ada yang sampai juara Putri Remaja Jateng (Jawa Tengah), itu anak tuna rungu. Kemarin juga Juara 1 Lomba Batik Pati mengalahkan anak-anak umum, ada yang juara melukis tingkat nasional, juara memasak tingkat Provinsi Jateng,” lanjutnya.

Bagi murid yang kesulitan akses transportasi, pihak Griya Harapan menyediakan kendaraan untuk murid-muridnya.

Hal ini guna memudahkan murid untuk belajar.

“Untuk pengajar semua harus menguasai seperti bahasa isyarat, kesabaran harus tinggi. Darimana pengajar ini ditemukan? Dari hati ke hati,” tegas Jasmudi.

Jasmudi menyampaikan tantangan menghadapi anak istimewa harus konsisten dan telaten.

Ia dan rekan-rekan pun memfasilitasi para orang tua murid untuk menyampaikan berbagai curahan hati (curhat).

“Tantangannya di Griya Harapan, bagaimana bisa diri agar tetap istiqomah mencarikan ilmu anak, kadangkala mencarikan ilmu bagi anak istimewa ini terhambat. Kita selalu ada kelas parenting bersama orang tua, untuk berbagi curhat bersama orang tua,” ungkap Jasmudi.

Ia berharap anak didiknya tetap semangat menjalani hidup.

Serta para orang tua ditekankan supaya tidak malu memiliki buah hati yang berkebutuhan khusus.

“Kami berharap bisa membantu mereka dalam menjalani hidup, butuh energi yang bisa mereka rasakan untuk tumbuh kembang mereka. Jangan pernah merasa malu punya anak istimewa. Saya berharap ada ridho dengan putra-putri jenengan mencarikan ilmu untuk mendapatkan hak mereka, biar bisa lebih bermanfaat,” tandasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini