dirgahayu ri 80

Meniti Karier Tanpa Gelar, Kisah Fotografer Muda Asal Kudus Berani Ambil Risiko Demi Mimpi

waktu baca 4 menit
Sabtu, 30 Mar 2024 16:16 0 385 Singgih Tri

KUDUS – Mondes.co.id | Fotografer merupakan pekerjaan yang berbasis pada skill. Bekerja pada bidang fotografi ini membuat seseorang bertemu beragam latar belakang, seperti yang dirasakan oleh pemuda asal Kudus ini. Ia bernama Himma Yudhistira (24) yang menekuni pekerjaan fotografi.

Baginya, dunia fotografi dapat dijalankan secara enjoy lantaran menjadi hobi sekaligus pekerjaan, menurutnya pekerjaan tersebut tak pernah bosan dijalankannya, sebab tiap masa memiliki tantangan yang dinamis. Himma saat ini menjalankan job sebagai fotografer dan videografer event, seperti graduation, engagement, pre-wedding dan wedding.

“Fotografi bisa saya pelajari dan saya implementasikan di kehidupan saya, seakan menjadi hobi dan pekerjaan yang berjalan sekaligus yang saya senangi, selain fotografer juga menawarkan layanan videografer sekaligus editing klip video. Dan ada tantangan baru di setiap pekerjaan ini,” tuturnya kepada Mondes.co.id, Sabtu (30/3/2024).

Awalnya, Himma menapaki dunia visual sejak 2019 sebagai fotografer freelance. Merintis karier dari belajar autodidak, ia mengembangkan kemampuan tersebut. Selain mempelajari teori lewat video tutorial, Himma juga belajar praktik langsung untuk mencari spot yang menarik menyesuaikan situasi.

“Memulai job pertama pada 2019 sebagai freelance. Saya tertarik di bidang fotografi sendiri di mulai dari SMA. Saya belajar online seperti YouTube sampai Facebook. Dalam perkembangan skill saya, belajar itu tidak harus lewat video tutorial ataupun kelas pembelajaran. Belajar yang sebenarnya menurut saya adalah ketika saya turun ke lapangan melihat beragam situasi. Jadi ketika turun ke lapangan adalah cara untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari sekaligus dapat juga belajar hal baru,” urainya.

Owner jasa fotografi Abstract Picture itu fokus pada event karena ingin memperoleh moment tangkapan foto yang memiliki rasa dan cerita. Kemudian, fotografer event harus siap melakukan delivery hasil foto secepat dan sebagus mungkin agar masa foto tidak basi, hal itulah yang membuat klien puas.

BACA JUGA :  HIV AIDS Merajalela, LGBT Jadi Biang?

Bagi Himma, dengan berbagai tantangan menjadi fotografer, membuatnya terus memperoleh motivasi belajar dan mengembangkan diri. Ia menyebut, dokumentasi event yang ia kerjakan bermacam-macam, mulai dari corporate gathering, launching product, seremoni, dan lain sebagainya.

“Dalam bidang fotografi, setiap fotografer harus memiliki ciri khas sendiri yang bisa merepresentasikan dirinya. Saya sendiri memilih untuk terjun di bidang dokumentasi event karena saya menempatkan diri saya harus berbeda agar tidak bermain di market yang banyak orangnya seperti wedding. Dokumentasi event sendiri bukanlah merupakan hal yang mudah. Foto yang saya hasilkan haruslah foto dengan momen yang tepat dengan hasil yang terbaik,” tutur pria yang sempat melangsungkan studi di salah satu kampus Kota Semarang.

Dengan jerih payah yang dirintis, ia pun sampai rela melepas studinya demi fokus menekuni pekerjaan sebagai fotografer. Kendati demikian, ia kini mampu menghandle job-job dari perusahaan besar. Ia juga sudah mempunyai studio sendiri di Jalan Papandayan Raya No. 11B, Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.

“Saya juga menerima job yang meng-hire saya selaku freelance. Saat itu saya ikut dengan vendor lain dan saya handle beberapa job. Beberapa job yang pernah saya handle seperti Djarum, Indosat Ooredoo Hutchison, Pupuk Indonesia, dan itu semua tidak hanya di Semarang melainkan ada di kota lain juga,” ungkap Himma.

Selama melakoni pekerjaannya, ia berterima kasih pada keluarga dan kekasihnya yang senantiasa mendukung. Melalui segala tahapan perjuangan, ia tak sendiri hingga sukses ke titik ini. Walaupun memilih jalannya sendiri, namun Himma mampu membuktikan bahwa pilihannya dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah.

“⁠Meski saya tidak menyelesaikan kuliah saya sejak semester 7 karena fokus pekerjaan, akan tetapi selama berjalannya usaha saya sampai di titik ini, saya sangat berterima kasih kepada kekasih saya yang selalu support dan percaya pada proses yang saya hadapi sampai di titik ini. Dan tak lupa support dari orang tua yang selalu menginginkan anaknya bisa berdiri di atas kaki sendiri,” bebernya.

BACA JUGA :  Mantan Sekdes Cendono Diduga Tersandung Korupsi, Kerugian Negara Nyaris Rp1 Miliar

Tarif yang dikenakan pun bervariasi, mulai dari Rp200 ribu sampai dengan jutaan, bergantung kebutuhan dan lokasi acaranya. Ia mengaku, pendapatan yang ditorehkan per bulan mampu berkisar Rp5 juta hingga belasan juta.

Sebagai seorang fotografer, ia harus mengikuti perkembangan tren dan kebutuhan market. Apalagi industri dunia digital semakin diminati oleh konsumen maupun produsen. Itu mengapa Himma perlu memanfaatkan kesempatan, guna meningkatkan kemampuannya di bidang ini.

“Saya mesti belajar banyak terkait hal baru tentang fotografi dan videografi dari relasi saya. Dan itu merupakan cambuk bagi saya untuk selalu belajar hal baru agar masih relate dengan perkembangan sekarang ini,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini