Mondes.co.id | Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Sebagai upaya untuk merawat warisan budaya yang sudah ada sejak zaman kerajaan ini, maka setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Hari Batik Nasional sendiri, pertama kali dirayakan pada tahun 2009.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan dan menghargai warisan Batik Indonesia.
Kata “batik” berasal dari Bahasa Jawa, yang merupakan gabungan dari kata “amba” (lebar) dan “titik”. Kata tersebut menggambarkan proses membuat motif dengan titik-titik pada kain yang lebar.
Dalam bahasa lokal, istilah “mbatik” digunakan untuk menggambarkan proses pembuatan kain batik.
Batik telah menjadi bagian dari identitas Indonesia sejak zaman Majapahit, tepatnya saat batik tulis mulai populer.
Batik juga terkait dengan penyebaran agama Islam di Jawa, dengan banyak penghasil batik yang berasal dari daerah yang menjadi pusat santri.
Selain itu, batik berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi bagi pedagang muslim melawan dominasi ekonomi Belanda.
Perkembangan batik signifikan terjadi pada masa Kerajaan Mataram Islam, yang terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta setelah perjanjian Giyanti pada 1755.
Setiap daerah pun mengembangkan ciri khas batik masing-masing.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah Perang Diponegoro pada 1830, batik mulai meluas ke daerah lain seperti Banyumas dan Pekalongan.
Di Banyumas, para pengikut Pangeran Diponegoro mengembangkan motif dan warna unik.
Sedangkan Batik Pekalongan yang dikenal sebagai batik pantai, juga mengalami perkembangan pesat dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat.
Selain itu, setiap motif batik memiliki makna tersendiri, dan beberapa di antaranya tidak boleh dikenakan pada acara tertentu. Misalnya, motif sidomukti, sidoluhur, dan kawung biasanya digunakan sebagai penutup jenazah.
Sementara itu, motif parang rusak dilarang dikenakan pada pernikahan, karena dianggap membawa sial. Sedangkan motif truntum dan sido asih hanya boleh dipakai oleh pengantin.
Dalam perjalanannya untuk mendapatkan pengakuan internasional, juga mengalami sejumlah permasalahan. Seperti halnya pada tahun 2007, Malaysia mengklaim batik sebagai warisan budaya mereka melalui istilah “batik cap”, yang memicu ketegangan diplomatik dengan Indonesia.
Kemudian, pada tahun 2009, UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Pada 2 Oktober 2009, di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Selain sejarahnya yang menarik, batik bukan hanya menjadi kebanggaan Nusantara, namun juga sudah meluas di tingkat internasional hingga banyak tokoh dunia yang dengan bangga mengenakan warisan budaya Indonesia ini.
Nilai ekspor batik yang tinggi, menjadikannya sebagai salah satu penyumbang devisa yang signifikan bagi Indonesia.
Sumber: beritasatu.com
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar