Menelusuri Jejak Peninggalan Cagar Budaya di Semenanjung Muria

waktu baca 3 menit
Sabtu, 13 Jul 2024 16:26 0 953 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Gunung Muria terletak di Semenanjung Muria yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati.

Kompleks Gunung Muria ini, berasosiasi dengan Gunung Muria yang tidak aktif dan terpotong yaitu Gunung Genuk dan Gunung Patiayam, yang dihasilkan dari busur kepulauan sesar Jawa Tengah, terutama di daerah Rembang.

Gunung Muria merupakan salah satu gunung yang mempunyai tinggalan arkeologi.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah tahun 1988 di Gunung Muria, diperoleh informasi mengenai tinggalan Megalitikum yang berada di lereng utara (Jepara) dan lereng selatan (Kudus).

Di lereng utara Gunung Muria yang berada di wilayah Kabupaten Jepara, dijumpai bangunan berundak terletak di puncak bukit, yang kemudian dikenal dengan Candi Angin I dan Candi Angin II.

Yang mana, di sekitar Candi Angin juga dijumpai empat buah menhir.

Di wilayah Kabupaten Kudus juga dijumpai sejumlah petilasan berupa onggokan batu, timbunan batu, dan monolit. Juga terdapat temuan yoni, lumpang batu, dan lingga.

“Kali ini, kita mengupas peninggalan sejarah dan cagar budaya dari lereng utara, yaitu Kabupaten Jepara,” ujar Dian, simpatisan ekspedisi Muria.

Penelusuran dimulai dari Dukuh Duplak, Desa Tempur Kecamatan Keling. Di wilayah ini, terdapat situs Candi Angin, Candi Bubrah, dan dan Candi Aso.

Candi Angin ini ditemukan sekitar tahun 1900-an. Penamaan Candi Angin, karena pada saat ditemukan bangunan candi, di sekitar lokasi berembus angin yang sangat kencang dan berputar-putar di lokasi tersebut.

BACA JUGA :  Kecanduan Judi Online, Warga di Desa Troso Lancarkan Aksi Curi Motor Sejak 2019

Bentuk Candi Angin tersusun dari lempengan-lempengan batu, seperti bangunan punden berundak yang terdiri dari 5 halaman secara berteras, arah hadap 315 derajat (barat laut) dengan orientasi puncak sapto arga (29) dan laut Jawa.

Bahan batuan bangunan Candi Angin, menggunakan batuan yang berasal kawasan Gunung Muria.

Bangunan Candi Angin berada di teras V, terdiri dari beberapa susunan lempeng-lempeng batu berbentuk menyerupai prisma terpancung.

Salah satu susunan lempeng batu yang menyerupai prisma terpancung tersebut mempunyai tinggi 180 centimeter, dijumpai relung yang berukuran 40 x 50 centimeter dan dalam 40 centimeter.

Beberapa waktu lalu, tim telah melakukan ekskavasi di kawasan Candi bubrah dan berhasil menemukan sebuah terakota.

Candi bubrah ini, tersusun dari lempengan batu seperti bangunan punden berundak yang terdiri dari lima halaman secara berteras menghadap barat laut.

Data artefaktuan yang berasal dari Candi Bubrah berupa fragmen tembikar, terakota figurin, dan ornamen bangunan.

Candi Bubrah ini, berada di lereng bukit Candi Angin dengan ketingginan 1314 mdpl. Dari lokasi Candi Bubrah ke arah barat dapat melihat laut Jawa.

Artefak yang diduga sebuah terakota ditemukan di sekitar Candi Bubrah. Artefak ini ditemukan saat dilakukan kegiatan bersih-bersih situs Candi Bubrah oleh Forum Komunikasi Peduli Cagar Budaya Muria (FKPCBM).

Terakota berupa tembikar berbahan tanah liat, yang ditemukan sekitar satu meter dari Candi Bubrah. Kondisinya agak sulit karena berada di sebuah tebing yang cukup curam.

“Hasil temuan ini selanjutnya kami bersihkan dan dilaporkan kepada Balai Pelestari Cagar dan Budaya Wilayah X Provinsi Jawa Tengah (Jateng),” jelas Subkor Sejarah dan Kepurbakalaan Lia Supardianik.

Kondisi terakota memang sudah tidak utuh, karena sebagian sudah pecah dan berupa kepingan. Namun demikian, tetap menjadi bagian temuan sejarah yang harus dilestarikan.

BACA JUGA :  WBP Lapas Pati Ikuti Perkemahan Satya Dharma Bhakti Pemasyarakatan via Daring

Hingga kini, masih banyak benda-benda cagar budaya di seputar pegunungan Muria. Baik yang sudah diketahui, maupun masih belum terungkap.

Hal ini membuktikan bahwa terdapat peradaban luar biasa di Pegunungan Muria, puluhan bahkan ratusan tahun silam.

Tinggalan yang masih tersisa ini, merupakan bagian kecil bukti peradaban tersebut. Mereka (nenek moyang) kita, telah memiliki keahlian-keahlian secara khusus yang dapat kita lihat hingga sekarang.

Diharapkan kepada masyarakat, atau para pecinta alam yang mendaki di wilayah pegunungan Muria, jika menemukan sebuah benda yang diduga bagian sebagai cagar budaya, untuk dapat dilaporkan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini