TRENGGALEK – Mondes.co.id | Aura mistis sudah mulai terasa ketika memasuki lokasi Punden Serut Telu. Situasi yang redup meski siang hari terik, semakin menjadikan kesan angkernya. Punden atau lokasi yang disakralkan tersebut tepat berada di kaki Gunung Rajeg Wesi daerah Desa Gembleb, Kecamatan Pogalan, Trenggalek.
Terdapat tiga pohon Serut dengan batang sangat besar dan rindang, mengapit dua pohon sejenis yang cukup kecil. Di kelilingi susunan batu-batu mirip pondasi bangunan kuno. Dimungkinkan, punden tersebut dulunya merupakan sebuah petilasan.
Meski agak jauh dari perumahan penduduk, pada malam-malam tertentu selalu saja ada orang yang datang. Sisa asap bekas pedupaan dan bau wangi kemenyan pun masih tercium disekitar punden. Hal itu mengindikasikan jika, ritual adat pada kultur Jawa tetap di jalankan oleh kalangan tertentu.
Salah satu penduduk setempat, Sobirin (50) kepada Mondes.co.id menuturkan bahwa Punden Serut Telu hingga kini masih sering dikunjungi oleh orang-orang dengan tujuan beraneka ragam. Mulai dari keinginan jadi pejabat, punya keturunan, keselamatan saat bekerja dan lain sebagainya.
“Dari beberapa pengunjung, ketika saya tanya bilangnya ya beragam mas. Ada yang pingin naik jabatan, punya anak, selamat ketika bekerja dan bahkan ingin kaya,” kata Sobirin, Sabtu, 25 Agustus 2023.
Selain orang lokal, menurut dia, juga banyak pengunjung luar daerah. Rata-rata memang punya tujuan khusus. Bisa jadi, semua itu di sebabkan oleh informasi dari mulut kemulut karena keperluan mereka tercapai. Yang pada akhirnya, menjadikan punden dimaksud semakin terkenal hingga wilayah lain.
“Beberapa waktu lalu, ada yang dari Jawa Tengah bawa mobil. Tapi biasanya tetap dengan mengajak warga sini, karena lokasinya yang agak tersembunyi,” imbuhnya.
Ditambahkan Sobirin, kepercayaan turun temurun yang hingga kini masih melekat pada penduduk sekitar adalah ketika salah satu dahan pohon di Punden Serut Telu itu patah, biasanya ada perangkat atau aparatur desa yang turun jabatan atau meninggal dunia.
“Hingga kini, kepercayaan turun temurun itu masih melekat. Sudah beberapa kali terbukti, yakni saat salah satu dahan dari pohon Serut itu patah maka keesokan harinya ada perangkat desa yang turun jabatan atau bahkan meninggal dunia,” pungkas Sobirin.
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar