PATI – Mondes.co.id | Menjelang musim penghujan di tahun 2025, petani jagung di Kabupaten Pati akan menghadapi masa-masa menantang, yakni maraknya populasi tikus.
Tikus bisa membahayakan tanaman jagung, lantaran komoditas ini sangat disukai.
Oleh sebab itu, Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Warsiti memberi saran pada petani jagung.
Menurutnya, petani harus menjaga kondisi kebersihan lahannya ketika membudidaya tanaman jagung.
Semak belukar menjadi tempat persembunyian tikus dan harus dibereskan oleh petani jagung supaya tanamannya aman dari hama tersebut.
“Menjelang musim hujan ini saya rasa petani sudah pintar, bagaimanapun petani tiap tahun ada persiapan dini, karena mereka sadar harus sedia payung sebelum hujan, manakala ada tikus memang harus pengendalian. Secara fisik di lahan itu dijaga kebersihannya, karena dengan lahan bersih meminimalisir tikus, beda kalau banyak semak belukar karena tikus suka bersarang di semak belukar,” ungkap Anggota DPRD Kabupaten Pati dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu kepada Mondes.co.id, Sabtu, 16 Agustus 2025.
Di samping bersih-bersih lahan, upaya meronda malam bersama oleh petani juga perlu dijalankan.
Pasalnya, petani memahami jika serangan tikus banyak dilakukan pada waktu malam hari.
“Ronda malam bersama petani, karena bagaimana pun orangnya harus turun langsung, mesti tikus juga takut. Apalagi kalau dilakukan bersama-sama,” terangnya.
Selain itu, Warsiti menyarankan pembuatan perangkap tikus.
Lebih-lebih jika perangkap tersebut ada racunnya, maka tikus akan seketika mati.
“Membuat perangkap tikus, ketika ada tikus masuk ketangkap oleh perangkapnya. Dan juga banyak yang dilakukan lainnya, ada racun tikus,” tutur wanita asal Desa Keben, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.
Lebih lanjut, ia juga memiliki saran lain yang lebih greget, yakni membuat sarang predator hama. Predator yang dimaksud adalah burung hantu.
Menurut pengamatannya, sudah banyak sawah yang memiliki rumah burung hantu.
“Ada cara lainnya, yaitu memelihara predator alami, burung hantu. Banyak sawah di Pati diberikan sarang burung hantu,” terangnya.
Secara alamiah, rumah burung hantu menjadi sarang pemangsa tikus, juga untuk menjaga lahan.
“Itu nanti karena di situ ada sarangnya, maka ada pemangsa. Semakin banyak burung hantu, karena burung ini banyak makan tikus, maka meminimalisir adanya tikus,” imbuh politisi partai berlambang banteng itu.
Apabila tikus bisa dicegah kedatangannya, ia memastikan kondisi jagung akan berkualitas dan hasil panen melimpah ruah.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar