Memanen Rupiah dari Budidaya Sembung ala Pemuda Gunungwungkal

waktu baca 3 menit
Selasa, 15 Agu 2023 16:51 0 1666 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kabupaten Pati adalah salah satu wilayah yang kaya akan pertanian, dan salah satu potensinya adalah budidaya tanaman herbal sembung. Tanaman herbal sembung memiliki nilai ekonomi dan kesehatan yang potensial.

Berada di ketinggian 600 Mdpl, kawasan Kecamatan Gunungwungkal, sangat cocok bagi komoditas tanaman pertanian dan perkebunan, seperti halnya tanaman dengan nama latin Blumea balsamifera yang stumbuh liar di berbagai areal. Sembung tumbuh di sawah, perkebunan, pematang sawah, bahkan di tepi tanaman tegak.

Salah satu warga yang membudidayakan tanaman sembung, Sunyoto menganggap tanaman liar itu membawa banyak keuntungan bagi petani. Keberadaan tanaman liar yang subur ini dimanfaatkan oleh warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati itu untuk keperluan berbagai hal.

“Sembung ini tanaman liar yang kami budidayakan secara kontinyu. Karena tanaman ini memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat untuk kesehatan. Di Sudomulyo dan Jepalo menjadi wilayah yang membudidayakan tanaman ini,” ungkapnya kepada Mondes.co.id pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Ia menceritakan, pada awalnya tanaman sembung tidak dilirik sebagai komoditas yang berarti apa-apa. Justru tanaman liar ini lebih banyak dipakai untuk mengusir nyamuk di kandang ternak.

Namun, bersama dengan rekan-rekan petani setempat, Sunyoto membudidayakan sembung dengan kreatif sehingga mampu menhadirkan nilai ekonomi.

“Dulu sembung dimanfaatkan orang sini untuk mengusir nyamuk. Biasanya bikin api dikasih daun sembung, utamanya untuk ternak,” ungkap Sunyoto.

“Lalu, sembung juga merupakan bahan baku tolak angin (salah satu merk obat). Berkhasiat untuk kesehatan,” tuturnya saat ditemui di kediamannya Dukuh Gebang, Desa Sidomulyo.

BACA JUGA :  Menyoal Bantuan Beras, Bulog Pati Tegaskan Tidak untuk Dijualbelikan

Perlu diketahui, tanaman herbal sembung memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena banyak berguna pada industri farmasi, kosmetik, dan pengobatan tradisional.

Daun, batang, dan bunga sembung dapat digunakan untuk berbagai produk herbal. Demam, diare, penyakit ginjal, magh dan lain-lain dapat diatasi dengan obat tradisional berbahan baku sembung.

Ia menyebut, harga tanaman sembung yang sudah dikeringkan Rp9.000 sampai dengan Rp19.000. Ia bersama rekan-rekan petani setempat memasarkan hasil panen sembung hingga ke wilayah Semarang sebagai bahan baku industri farmasi.

“Harga dari kami Rp19 ribu. Akan tetapi, kadang fluktuatif menyesuaikan pasaran,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, tanaman sembung cocok dengan musim apa saja. Bahkan ketika musim punghujan tanaman ini mampu tumbuh subur dan siap dipanen satu bulan sekali.

Namun, ketika musim kemarau membutuhkan waktu tiga bulan untuk menunggu tanaman ini siap dipanen.

“Kalau musim hujan cepat tumbuh. Tapi kendalanya pas pengeringan terganggu karena tidak ada panas. Kalau waktu musim kemarau tumbuhnya agak lama, tetapi cepat kering ketika kami jemur di halaman rumah,” jelasnya.

Menurutnya membudidayakan tanaman sembuh tidak sulit. Bahkan tidak perlu ada pemupukan dan pestisida. Petani di desanya menanam di areal lahan maupun secara tumpang sari.

Full alami, tidak perlu dipupuk karena tanaman ini menyesuaikan inangnya. Tapi kendalanya biasanya hama penggerek batang. Itupun gak jadi masalah bagi kami,” pungkasnya.

Editor: Harold Ahmad

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini