Memaknai Emansipasi Wanita Wujud Perjuangan RA Kartini dari Bermacam Sudut Pandang

waktu baca 9 menit
Kamis, 24 Apr 2025 11:29 0 383 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Hari Kartini membawa spirit bagi perempuan untuk memperolah haknya dalam peranan apapun yang didominasi oleh laki-laki.

Maka dari itu perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini mesti dilestarikan oleh masyarakat era kini.

Berbagai refleksi dilakukan oleh sejumlah pihak seperti halnya di Kabupaten Pati.

Para figur dari bermacam-macam sudut pandang, ikut memberikan tanggapan atas adanya peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April.

Sudut Pandang Dinas Sosial: Kartini Simbol Keberanian

Perjuangan yang dilakukan oleh seorang perempuan melawan feodalisme dan kolonialisme, menjadikan figure Kartini sebagai simbol keberanian.

Ia yang merupakan kaum hawa, berani mendobrak sejarah dengan melawan tradisi-tradisi yang berlaku di lingkungan bangsawan dan kekangan penjajahan.

“Kartini simbol keberanian yang lampaui zamannya, bisa kita bayangkan meskipun perjuangan untuk perempuan di masa lalu, semangat Kartini tetap menggelora tak pernah padam. Semangat Kartini selalu hidup di jiwa perempuan di setiap usia dan langkah kami,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Pati, Anggia Widiari.

Ia mengajak agar perempuan Indonesia tak berhenti untuk bermimpi. Pasalnya perempuan dapat berdedikasi, berkarya, dan berkontribusi untuk masyarakat.

“Sekarang yang gigih menuntut ilmu, berani bermimpi sangat tinggi, Alhamdulillah perempuan Indonesia ada yang jadi presiden seperti Megawati, posisi jabatan eselon seperti para menteri sampai kepala desa. Semangat Kartini sebagai perempuan pekerja melalui dedikasi, karya, dan kontribusi untuk masyarakat,” papar Anggi.

Menerapkan semangat RA Kartini bisa dengan cara apapun, bahkan sebagai ibu rumah tangga pun bisa karena berkatnya melahirkan generasi emas yang mumpuni. Ia menganggap bahwa Kartini merupakan agent of change.

“Meskipun menjadi ibu rumah tangga bisa mendidik generasi emas, melanjutkan perjuangan Kartini bisa menjadi apa saja seperti jadi pemimpin, dokter, inovator, aktivis, polwan (polisi wanita), motivator yang bergerak di bidang perempuan. Tak ada yang dianggap tua muda untuk nyalakan semangat Kartini sebagau agent of change,” ujarnya.

Sudut Pandang Wakil Rakyat: Jangan Lupakan Sejarah

Memaknai Hari Kartini, seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati perempuan, Warsiti menekankan agar generasi muda mengingat sejarah emansipasi wanita gagasan RA Kartini.

Sehingga para masyarakat, khususnya perempuan dapat meneruskan cita-cita luhur RA Kartini.

Ia mendorong agar pemerintah dan instansi pendidikan memperingati peringatan Hari Kartini dengan mengenalkan pakaian adat dan kebaya.

“Untuk masyarakat jangan melupakan sejarah dan bentuk dari semua peninggalan sang pahlawan perempuan ini, semuanya meneruskan cita-cita luhur Ibu Kita Kartini. Harapannya dari dinas terkait mulai memberikan pendidikan sejarah, serta sekolah menggelar peringatan dengan penyesuaian masing-masing,” ujar legislator dari daerah pemilihan (dapil) V Kabupaten Pati.

BACA JUGA :  UPTD PPA Jadi Layanan Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak di Pati, Libatkan Pentahelix

Sudut Pandang Guru: Hak Pendidikan Setara

Sebagai pendidik, Devi Agustia bertanggung jawab menjelaskan makna sesungguhnya Hari Kartini kepada siswanya.

Pasalnya, banyak anak didik yang menganggap Hari Kartini sebagai perayaan memakai kebaya dan menggambar wajah pahlawan RA Kartini.

Padahal lebih dari itu, ada makna yang mesti didalami untuk melihat besarnya perjuangan pahlawan wanita asal Kabupaten Jepara itu.

“Saya merasa memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan makna sesungguhnya dari Hari Kartini kepada siswa saya. Saat ini banyak siswa yang menganggap hanya sebagai perayaan di mana mereka memakai kebaya, menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini dan mewarnai atau menggambar wajah Raden Ajeng Kartini. Mereka tidak tau mengapa harus ada Hari Kartini dan apa tujuan sebenarnya dari Hari Kartini,” ucap guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tayu Wetan 03 itu.

Ia menegaskan bahwa emansipasi wanita dari sosok Kartini menciptakan kesetaraan gender dalam mengenyam pendidikan.

Ia menyebutkan bahwa berkat perjuangan Kartini, kaum perempuan bisa sederajat dengan laki-laki yang bersekolah.

“Memperingati Hari Kartini memperjuangkan emansipasi wanita, sehingga bisa setara dan bisa bersekolah seperti laki-laki. Sebagai guru SD saya harus memberikan contoh yang lebih relevan dan bermakna bagi mereka. Sehingga mereka bisa memahami apa sebenarnya yang sudah diperjuangkan oleh RA Kartini untuk para wanita dan juga menjelaskan mengapa laki-laki juga perlu memahami makna dari Hari Kartini,” tegas Devi.

Sudut Pandang Atlet Berprestasi: Inspirasi untuk Asah Prestasi

Vina Nailatul Izzah, seorang atlet pencak silat berprestasi asal Kabupaten Pati menyatakan jika pengaruh RA Kartini sangat luar biasa.

Sehingga banyak sekali perempuan yang dapat menggali potensi diri dan mengukir prestasi di berbagai bidang seperti yang diraihnya di dunia bela diri.

Meskipun perempuan, olahraga bela diri telah memberi akses baginya untuk mengoleksi sejumlah penghargaan regional maupun nasional di usia yang masih muda. Artinya, wanita tidak boleh malu untuk unjuk bakat di bidang olahraga.

“Bagi saya, para wanita bisa mengembangkan potensi dalam dirinya mengejar cita-cita dan berpendapat tanpa dibedakan oleh gender. Seperti halnya dengan saya menekuni dunia silat, saya membuktikan bahwa wanita pun bisa melakukan dan membuktikan bahwa bukan hanya laki-laki saja yang bisa,” ujar pesilat Tapak Suci tersebut.

Sudut Pandang Duta Genre: Semangat Positif Wujudkan Generasi Emas

Flonia Sherly Nafissa Ariyanto, salah satu Duta Generasi Berencana (Genre) Kabupaten Pati mengutarakan bahwa RA Kartini memiliki semangat selaras dengan nilai-nilai Genre, yakni membekali remaja agar bisa merencanakan pendidikan, karir, dan kehidupan keluarga dengan matang.

Di samping itu, keberadaan RA Kartini mendorong kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan.

“Menginspirasi perencanaan kehidupan sejak dini, serta menjadi role model yang aktif dan produktif. Sebagai Duta Genre, kita mengedukasi remaja agar laki-laki dan perempuan bisa saling mendikung dalam mewujudkan cita-cita yang bukan terbatas stereotip gender, ini sejalan dengan perjuangan Kartini melawan diskriminasi,” ujar wanita asal Desa Tambaharjo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati tersebut.

BACA JUGA :  Bangunan di TPI 1 Juwana Hangus Terbakar

Kartini adalah simbol perempuan yang visioner dan progresif.

Berdasarkan pandangannya, Duta Genre bisa meneladani dengan aktif menyuarakan isu-isu remaja seperti kesehatan reproduksi, pencegahan pernikahan dini, dan pentingnya pendidikan.

Di samping itu, Duta Genre mampi memperjuangkan akses informasi secara merata berkat gagasan RA Kartini.

“Kartini dikenal melalui surat-suratnya yang menjadi jendela informasi di masa itu. Hari ini, Duta Genre berperan sebagai sumber informasi yang benar dan akurat bagi sesama remaja, khususnya terkait isu-isu kehidupan berencana,” ungkap siswi yang pernah meraih prestasi Best Paper Award di Korea.

“Momen Hari Kartini sebagai panggilan untuk terus menyalakan semangat perubahan, mengedukasi sesama, dan menjadi agen positif dalam mewujudkan generasi emas Indonesia,” imbuh pelajar SMA Negeri 1 Kayen tersebut.

Sudut Pandang Pelajar: Perempuan jadi Madrasah Pertama bagi Kehidupan

Perempuan menjadi madrasah pertama dalam kehidupan manusia, sehingga acuan pergolakan daya juang Kartini menjadi dasar yang tepat untuk memmperkokoh peranan perempuan di Indonesia.

Hal itu diungkapkan oleh pelajar dan sekaligus aktivis muda asal Kabupaten Pati, Dhita Ayu Tivani memberikan pandangannya soal RA Kartini.

Itu sebabnya, pendidikan sangat wajib untuk diterima oleh perempuan.

“Kalau menurut saya perempuan itu wajib berpendidikan karena kalau perempuan sudah memiliki pendidikan tinggi, maka ketika nanti sudah memiliki anak, perempuan itulah yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Mulai dari sebelum di dalam kandungan pasti kalau perempuan yang memiliki pendidikan tinggi akan direncanakan sebaik mungkin, tapi peran laki-laki juga tidak kalah penting,” terang Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 1 Kayen tersebut.

Ia menegaskan, seorang perempuan memiliki kesempatan meraih kemauan dengan catatan mau berusaha tak kenal henti.

Nuansa perayaan Hari Kartini menjadi pendorong perempuan agar terus berusaha untuk membenahi diri sebagai pribadi yang berpendidikan.

“Semua orang punya kesempatan untuk meraih apa yang mereka mau, ketika mereka mau terus berusaha. Apalagi di era sekarang yang bisa dibilang cukup susah untuk mencari orang-orang yang mau untuk bekerja keras. Hari Kartini juga akan menjadi pendorong perempuan menjadi dirinya sendiri dan menjadi insan berpendidikan,” ungkap gadis asal Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati itu.

Sudut Pandang Duta Budaya: Kartini Buka Jalan untuk Perubahan yang Berbudaya

Refleksi tentang peranan perempuan dalam menjaga dan menghidupkan budaya juga ada pada identitas RA Kartini, yang notabene seorang putri dari gelar bangsawan.

Hidup di tengah adat budaya Jawa, Kartini membuka jalan untuk perubahan dengan cara yang elegan. Tanpa meninggalkan adat ketimuran, ia tetap berpegang teguh pada budaya leluhur selama berjuang.

“Ibu Kita Kartini itu udah ngelambangin 4B (Behavior, Brain, Brave, and Beauty), walaupun RA Kartini berani speak up tapi juga tetap alus sehingga kalau disandingkan dengan Kartini era sekarang bisa seimbang. Sosok Kartini berani beda, attitude oke (berperilaku santun), percaya diri, dan punya pemikiran yang kritis. Ia tetap menjaga budaya Jawa dengan tetap menjaga cara bicara, cara berpakaian, dan mengajarkan nilai hidup ke generasi berikutnya,” ujar Duta Budaya Kabupaten Pati, Balqies Iqa Nur Azizah.

BACA JUGA :  Kisah Pelajar Berprestasi MAN 1 Pati, Antara Boarding School dan Tenis Meja

Gadis berparas cantik itu mengatakan, Hari Kartini jadi momen untuk mengobarkan semangat perempuan yang aktif berkontribusi, terutama dalam hal budaya.

Kontribusi dapat direalisasikan melalui berbagai cara seperti membuat konten berbahasa Jawa yang mengacu pada unggah-ungguh, mengenali filosofi batik khas Kabupaten Pati, dan membuat festival lokal yang erat kaitannya dengan tradisi ke muda-mudi.

“Sebagai Duta Budaya dari Pati, aku percaya kalau Kartini itu nggak hanya tentang emansipasi, tapi juga tentang bagaimana perempuan bisa jadi jembatan antara tradisi dan kemajuan. Peringatannya nggak harus selalu formal, bisa lewat hal-hal yang sederhana tapi bermakna,” papar perempuan asal Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati

Sudut Pandang Forum Anak: Pengaruh Kartini bagi Kesadaran Ibu Terhadap Pola Asuh Anak

Sementara, Forum Anak Kabupaten Pati menyoroti refleksi Hari Kartini dengan landasan pengetahuan dalam mendidik dan membina anak-anak.

Peran serta seorang ibu, yang tercermin pada diri Kartini, untuk memberikan ruang aman bagi sang buah hati.

Anak-anak harus mendapatkan kasih sayang, pendidikan pengetahuan, dan ajaran karakter yang baik.

Menurut Oliv, demi generasi yang hebat buruh sosok ibu yang hebat pula seperti RA Kartini.

“Untuk perempuan, kita harus berusaha untuk menggapai cita-cita dan menambah wawasan pengetahuan pada diri kita untuk sebagai bekal anak-anak. Peran orang tua terutama seorang ibu sangat berpengaruh pada kehidupan seorang anak, ntah itu dari segi emosional, kasih sayang, pengetahuan dan sikap, karena anak mencontoh hal yang ada pada lingkungan sekitarnya,” urai Olivia Maharani selaku Ketua Forum Anak Kabupaten Pati.

Sudut Pandang Jurnalis: Hak dan Rasa Aman Perempuan Indonesia Jadi Prioritas

Konsep posisi perempuan yang acapkali di bawah bayang-bayang lelaki perlu diluruskan.

Pasalnya, emansipasi wanita yang merupakan wujud perjuangan RA Kartini, menghantarkan perempuan setara dalam hak dengan laki-laki, sehingga perempuan bisa bebas berekspresi dan bersuara untuk keadilan.

“Jadikan semangat juang Ibu Kartini sebagai pemicu tetap berdikari, mewujudkan cita-cita, dan tidak minder meskipun berada dalam dominasi laki-laki. Perempuan masa kini tetap bisa memainkan peran penting, mencapai kebebasan, dan menyuarakan pendapat,” ucap Mila Candra, seorang jurnalis perempuan dari media online, sekaligus Redaktur Mondes.co.id.

Maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan banyaknya predator untuk melecehkan perempuan, tak luput dari sorotan.

Apalagi, di tengah riuhnya perayaan Hari Kartini beberapa waktu lalu, seharusnya menjadi mawas diri bagi seluruh pihak untuk menyadari pentingnya hak memperoleh rasa aman bagi perempuan.

“Meski begitu, masih banyak perempuan yang mengalami ketidakadilan di tengah gembar-gembor kesetaraan gender. Maka, hak-hak dan keamanan bagi perempuan Indonesia harus terus diperjuangkan,” tegas Mila.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini