Foto: Kasminto, seorang juru kunci Taman Makam Pahlawan Giri Dharma Pati (Mondes/Singgih)
PATI – Mondes.co.id | Kliwon atau bernama lengkap Kasminto (74) melalui masa tuanya menjadi juru kunci Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Dharma Pati.
Ia selalu menjaga, membersihkan, dan merawat makam bersejarah tersebut.
Setiap hari Kasminto menghabiskan waktu di makam para pejuang kemerdekaan itu.
Selama lebih dari lima dekade, langkah pelan Kasminto menjadi saksi bisu atas perjalanan panjang pengabdian tanpa pamrih.
Sejak tahun 1974, saat usianya baru menginjak 23 tahun, ia ditunjuk untuk menjadi penjaga TMP Giri Dharma.
Kala itu, ada tiga orang yang diamanahi tugas tersebut, kini hanya Kasminto seorang yang tersisa.
“Dari makam pahlawan saya mulai 1974 sampai sekarang, dulu bertiga, sekarang tinggal saya. Tugasnya hanya menjaga keamanan dan merawat kebersihan,” katanya ketika diwawancarai Mondes.co.id di kediamannya, Desa Puri, Senin, 24 November 2025.
Diketahui, Kasminto resmi diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada 1977 dan ditempatkan khusus sebagai penjaga TMP Giri Dharma.
Meski kewenangan pengelolaan sempat berada di Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, kini tugasnya berada di bawah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati.
Pada 2008, ia memasuki masa pensiun.
Sejak saat itu, tak ada gaji yang ia terima dari tugas menjaga TMP Giri Dharma.
Namun, kecintaan pada pekerjaan ini, membuatnya mendedikasikan diri pada para pahlawan yang telah gugur.
“Sudah purna tugas tahun 2008, jadi hanya mengandalkan uang pensiun. Saya dari dulu memang tidak memikirkan masalah gaji,” ungkapnya.
Dengan sepenuh hati, ia tetap menyapu halaman, membuang sampah, mengecat tembok, mengganti lampu yang padam, hingga memastikan keamanan makam.
Baginya, menjaga makam pahlawan bukan sekadar pekerjaan, tetapi panggilan jiwa.
“Kalau tidak ada saya, orang-orang pada bingung. Yang jaga siapa?” ujar Kasminto.
Meski bekerja di area pemakaman, Kasminto mengaku jarang mengalami hal-hal mistis.
Lokasi TMP Puri yang berada di tengah kota, membuat suasana terasa aman.
“Jarang ada kejadian aneh. Makam pahlawan di sini terawat dan ramai, jadi tidak menyeramkan,” jelasnya.
Beberapa kali, terutama saat menjelang upacara atau kegiatan kenegaraan, ia harus merogoh uang pribadi untuk membeli bensin atau peralatan kebersihan.
“Ada pembersihan-pembersihan, tapi dananya nggak ada. Jadi pakai uang saya sendiri,” tuturnya.
Sesekali ia mendapat insentif dari peziarah atau pejabat saat ada acara tertentu, tapi jumlahnya tak menentu.
Meski demikian, uang pensiun yang ia terima masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di usianya yang tak lagi muda, Kasminto tetap hadir setiap hari.
Ia menyusuri batu-batu nisan, memastikan semuanya rapi dan terawat.
Bagi banyak orang, mungkin tugas ini biasa saja.
Akan tetapi, bagi Kasminto merawat makam para pahlawan adalah kehormatan yang sulit ditukar dengan apapun.
“Tidak semua orang bisa mengabdi kepada pahlawan. Saya ikhlas, dari dulu memang sudah niat,” ucapnya.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar