JEPARA – Mondes.co.id | Kehidupan atau pertumbuhan Mangrove di Jawa Tengah mengalami degradasi. Hal tersebut, dikarenakan alih fungsi lahan, sedimentasi tinggi, erosi dan abrasi serta pengrusakan oknum untuk dijadikan area tambak.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jateng, Widi Hartanto, saat kegiatan penanaman mangrove di Pantai Kropak, Bondo, Kecamatan Bangsri, Senin 13 Maret 2023.
“Perlu upaya penghijauan kembali kawasan hijau atau mangrove di pesisir pantai,” kata dia.
Dikatakan, dari 16 Kabupaten/Kota di Jateng, terdalat lima kabupaten yang mengalami penambahan kawasan mangrove, seperti Pati, Pemalang, Cilacap Kota Pekalongan, dan Jepara.
“Yang diinisiasi oleh pecinta alam dari Unisnu sangatlah keren, sebab di Jepara terdapat tiga kecamatan memiliki garis pantai beresiko bencana abrasi, salah satunya di Bondo ini,” ujar Widi.
Berdasarkan overlay garis pantai dari Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jateng 2023 – 2043 menyebutkan, perkiraan wilayah Jepara yang mengalami abrasi hingga 14,47 hektare.
Menurutnya, apabila ditotal secara kerugian yang dialami oleh Jepara mencapai 110,16 miliar.
Namun, pihaknya bersyukur, sebab wilayah Bangsri tidak lahan eksisting, sehingga berpotensi positif ditanami pohon mangrove.
“Selepas ditanam, kudu diopeni. Diawasi karena mangrove rawan hilang,” pungkasnya.
Penanaman yang berlangsung di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, setidaknya berhasil menanam sebanyak 6.000 bibit pohon mangrove. Kegiatan ini juga dilakukan elemen masyarakat sekitar.
Inisiator revitalisasi hutan mangrove di Pantai Kropak, Kadhumatul Hilma memaparkan, kondisi sejumlah bibir pantai di wilayah Jateng merisaukan. Dikhawatirkan, abrasi dan erosi akan menjadi bencana di Jepara.
Berangkat dari hal itu, pihaknya bersama masyarakat sekitar, pecinta alam, relawan maupun Dinas Lingkungan Hidup (DLH), melakukan gebrakan bertemakan “Satu Gerakan dalam Melestarikan Alam untuk Masa Depan”.
“Kami bersama-sama menjaga ekosistem di bibir pantai. Diperkirakan 6.000 bibit pohon mangrove sudah kami tanam. Semoga, di masa yang akan datang, dapat membawa kebermanfaatan,” paparnya.
Hilma yang juga selaku Ketua Umum Wahana Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (Wapalhi) Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara menyampaikan, setelah penanaman akan dilakukan follow up, berupa pemantauan terhadap bibit mangrove.
“Bisa jadi patah, hanyut, atau bahkan mati, untuk mencegahnya kami akan memantau secara intens, tiap satu atau dua minggu mungkin. Semoga tumbuh subur,” sambungnya. (Ar/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar