Makna di Balik Tradisi Krayahan Bubur Sura Desa Jambu Jepara

waktu baca 2 menit
Minggu, 20 Jul 2025 19:00 0 39 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Memperingati acara bulan Muharam atau dikenal sebagai bulan Sura dalam tradisi Jawa, ratusan warga RW 5 Desa Jambu Timur Kecamatan Mlonggo Jepara menggelar tradisi Krayahan Bubur Sura.

Kegiatan yang digelar pada Minggu (20/7/2025), dimulai di pelataran Masjid Darussaadah dan berakhir di sepanjang jalan raya sekitar masjid.

Ratusan bubur sura di dalam takir daun pisang berisikan bubur, irisan telur dadar, tamburan kacang dan suwir ayam diarak dari Masjid Darussaadah menuju panggung kehormatan.

Kemudian, masyarakat berkumpul dan berdoa bersama. Setelah berdoa mereka krayahan (berebut) bubur sura untuk mendapat berkah.

Krayahan bubur sura ini diambil dari kisah selamatnya Nabi Nuh dari terjangan banjir yang sangat besar, kemudian sebagai ajang penggalangan dana untuk pembangunan masjid di Desa Jambu Timur.

Muhammad Roisul Hakim (35) selaku panitia, mengatakan kegiatan budaya dan keagamaan bertajuk Piweling Asyura ini, bentuk akulturasi antara budaya Islam dan tradisi, serta untuk mengingatkan diri dan melestarikan budaya para leluhur.

Dikarenakan bulan Sura sudah menjadi tradisi turun menurun yang dirayakan oleh semua agama, termasuk penganut kepercayaan Kejawen.

Dia menambahkan, Tradisi Kenduri atau selamatan bulan Sura yang hampir dilakukan di tiap rumah, untuk menunjukkan adanya kesamaan nilai dalam menghormati bulan Sura dan warisan budaya para leluhur.

Acara ini selain diikuti oleh warga Desa Jambu Timur, juga diikuti dari berbagai Desa lain seperti Desa Kawak, Desa Slagi, dan Desa Banjaran.

Rois menambahkan, dalam kegiatan Krayahan Bubur Sura ini merupakan hasil dari gotong royong warga, selain itu juga untuk mengajak masyarakat untuk bergembira, sehat, sekaligus beramal dalam satu waktu.

BACA JUGA :  Festival Tongtek Sambut Lebaran Digelar Meriah 

“Semoga kegiatan ini memperkuat solidaritas warga dan memperlancar pembangunan masjid serta menjadi ikon kebudayaan di Desa kami,” tutur Roisul.

Piweling Asyura bukan sekadar kegiatan budaya, tetapi juga ruang spiritual dan sosial untuk merekatkan kembali hubungan masyarakat dengan nilai-nilai leluhur dan ajaran Islam yang penuh kasih.

Nurul Nadlifah salah satu peserta warga RT 23 Desa Jambu Timur sangat senang bisa mengikuti kegiatan ini.

Ia mengatakan, selain mendapat berkah, hasil dari donasi kegiatan ini disumbangkan untuk membangunan masjid.

“Rasane seneng, bubure rasa enak dan mantap, semoga mendapat berkah dan Desa Jambu Timur khususnya RW 5 semakin jaya,” ucap Nurul sambil membawa bubur sura dalam takir.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini