Mahasiswa Asal Kudus Jalani Studi Hukum Teknologi, Kini Jadi Ketua PPI di Inggris

waktu baca 4 menit
Rabu, 29 Okt 2025 13:01 0 51 Singgih Tri

KUDUS – Mondes.co.id | Kuliah di luar negeri demi mimpi membangun bangsa merupakan langkah visioner.

DBHCHT TRENGGALEK

Hal itu dilakukan oleh seorang mahasiswa sekaligus aktivis bernama Muhammad Fachrul Hudallah.

Pemuda asal Kabupaten Kudus itu melanjutkan studi magister di Sussex University, Inggris.

Dirinya mengambil Program Studi (Prodi) Master of Laws di Inggris Raya pada tahun ini untuk mendalami ilmu hukum teknologi yang tengah menjadi fokusnya.

Fachrul sendiri mulai aktif berkuliah di United Kingdom (UK) pada 20 September 2025.

Selain mengejar prestasi akademik, ia ikut berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan di sana.

Menariknya, belum lama di Inggris Raya, ia sudah mampu menakhodai organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) UK.

Ia terpilih menjadi Ketua PPI UK periode 2025/2026 ini.

“Prodi saya adalah hukum, Master of Laws yang fokus terhadap hukum di bidang teknologi. Saat ini kesibukannya adalah kuliah Master of Laws dan menjadi Ketua PPI UK 2025/2026,” ucap penerima Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) kepada Mondes.co.id, Rabu, 29 Oktober 2025.

Diketahui, Fachrul terbang ke UK karena butuh pemahaman yang mendalam tentang hukum tekonologi, terutama ranah transaksi agar konsumen terlindungi.

Ia pun mendaftar Beasiswa LPDP ini.

Fachrul memandang permasalahan yang dialami konsumen bukan hanya di ranah konvensional, melainkan juga di ranah digital, seperti yang terjadi di Indonesia.

Ia harap, ilmu yang didapat berkontribusi nyata untuk perlindungan konsumen di Indonesia.

“Bisa ke UK karena keinginan berkuliah. Saya menyadari gap yang terjadi pada diri saya, di mana membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hukum teknologi pada ranah transaksi agar konsumen terlindungi, baik secara konvensional maupun digital. Setelah itu, saya mendaftar beasiswa LPDP, maka dari itu aya berkuliah di Sussex University dengan semester pertama ambil IT/IP LLM,” lanjutnya.

BACA JUGA :  TMMD Sengkuyung Desa Bungu Ditutup, Berikan Manfaat Nyata bagi Masyarakat

Proses yang dilaluinya cukup panjang untuk dapat berkuliah di luar negeri.

Bahkan, ia beberapa kali mengikuti pelatihan untuk pembekalan kemampuan berbahasa.

Fachrul pun juga berjuang mencari beasiswa demi beasiswa tanpa henti.

“Awalnya dimulai dari keinginan untuk kuliah di luar negeri dan mempelajari hukum yang berkaitan dengan teknologi. Untuk mencapai di titik itu, saya harus belajar Bahasa Inggris dimulai dari nol ketika lulus sarjana. Hingga akhirnya, saya ke Pare untuk belajar dan mengambil program empat bulan pada tahun 2022,” tuturnya.

Ia mengikuti program belajar Bahasa Inggris di Pare pada 2022, juga menyelesaikan buku tentang perlindungan konsumen.

Pada awal 2023, setelah mengadakan bedah buku yang ia tulis, berangkatlah ke Cipocok Jaya, Serang, Banten untuk belajar Bahasa Inggris di Yayasan Insan Cita Bangsa (YIB) secara offline.

Program pun selesai, kemudian ia kembali ke Pare untuk mengajar sembari memperdalam Bahasa Inggris.

“Meskipun mengajar di kelas basic, saya harus mempersiapkan International English Language Testing System (IELTS) agar bisa mendaftar kuliah di luar negeri dan Beasiswa LPDP. Meski tak mudah, harus punya konsisten dan komitmen, karena saya percaya bahwa mimpi yang diperjuangkan akan menjadi nyata,” tegasnya.

Saat mendaftar beasiswa, ia banyak menemui rintangan. Fachrul terus mencoba hingga lolos berkat semangatnya yang tinggi dan tekad yang kuat.

“Saya mendaftar banyak beasiswa dan kemudian gagal, Beasiswa LPDP pun bukan yang langsung lolos. Saya pernah gagal sekali di batch 1 tahun 2024, namun diterima pada batch 2 tahun 2024,” ungkapnya.

Berkat doa orang terdekat, dukungan para mentor, dan kerja keras, membuatnya meraih mimpi berkuliah di mancanegara.

Ia lolos Beasiswa LPDP jalur Letter of Acceptance (LoA) atau surat penerimaan dari kampus.

BACA JUGA :  Peran Penting Kartini dalam Memajukan Ukiran Jepara 

Menurutnya, perkuliahan di UK terdapat dua model, yakni lecture dan seminar.

“Pendidikan di sini sangat bagus. Jika lecture, kita dijelaskan materinya, jika seminar, sebelum masuk kelas harus siapkan bahan bacaan yang sudah dibaca agar tidak kosong. Mahasiswa di kelas saya pada berlomba-lomba untuk memberikan argumentasi, tidak malu-malu, meski dari banyak negara seperti Lebanon, Turki, Inggris, India, Pakistan, China, Jepang dan lain-lain,” jelasnya,

Terdapat personal tutor yang diatur dalam perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat mendiskusikan seputar masalah kuliah dengan mentor.

Selanjutnya, kampus juga menyediakan pelayanan psikologi.

Ia pun menikmati hari-hari di negeri seberang.

Perbedaan mencolok ia dapati di Inggris jika dibandingkan negerinya sendiri, mulai dari kebiasaan masyarakat, kualitas alam, dan ketetapan hukum.

“Enaknya di sini, udaranya segar karena tidak begitu banyak transportasi pribadi seperti sepeda motor. Di sini sudah banyak yang menggunakan cashless. Di sini juga saya belajar tentang hukum yang tentu yang berbeda dari Indonesia, di sini menggunakan Common Law, dan di Indonesia menggunakan Civil Law,” terangnya.

Sebagai mahasiswa sekaligus Ketua PPI UK, Fachrul mempunyai target memberi kebermanfaatan bagi rekan-rekan mahasiswa di UK, terutama mahasiswa asal Indonesia.

Suatu saat nanti, ia ingin berkontribusi ke Indonesia dalam perlindungan konsumen.

“Target dan tujuan besarnya yang pertama adalah kuliah. Yang kedua, bisa memberikan kebermanfaatan yang lebih untuk teman-teman se-UK karena saat ini menjabat sebagai Ketua PPI UK, sesuai dengan program unggulan. Ketiga, ingin memberikan kontribusi ke Indonesia di bidang hukum, terutama hukum perlindungan konsumen karena sampai saat ini belum diperbaharui (masih memakai UU No. 8 Tahun 1999),” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini