JEPARA – Mondes.co.id | Kerajinan Macan Kurung menjadi salah satu ikon di Kabupaten Jepara. Mengapa tidak, kerajinan kriya kayu ini pernah menjadi primadona di masa kolonial Belanda. Seni pahat warga Jepara ini, banyak dikirimkan ke negara-negara Eropa.
Namun sayang, hingga saat ini, perajin atau pembuat kerajinan Macan Kurung tinggal menyisakan beberapa orang saja. Salah satunya yaitu Suyanto (59) warga RT 5 RW 4, Dukuh Tambakrejo, Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara kota.
Ia merupakan salah satu trah keturunan Asmo Sawiran, yang merupakan adik Singowiryo yang menjadi tokoh cikal bakal ukir di Kabupaten Jepara.
“Saya belajar mengukir sejak usia 10 tahun. Saya belajar dari ayah saya (Sunardi) dan kakek (Asmo Sawiran). Sejak saat itu, saya mulai mencintai kerajinan kayu ini,” ungkap Suyanto, Selasa (7/5/2024).
Salah satu karya fenomenal yang sangat diingatnya adalah saat membuat patung atau karya Macan Kurung. Ukiran Macan Kurung berbeda dengan kerajinan ukir kayu lainnya, karena memiliki keistimewaan-keistimewaan. Mulai dari proses pembuatan, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya.
“Macan Kurung, sebuah karya yang dibuat dari batang kayu berbentuk kurungan yang di dalamnya terdapat seekor macan, dua buah bola, dan rantai. Pembuatannya pun tanpa proses sambung,” kata dia.
Ada beberapa pakem atau hal khusus yang tidak boleh ditinggalkan dalam karya Macan Kurung. Menurut Suyanto, selain dibuat dari kayu utuh tanpa adanya sambungan, ada beberapa hal wajib yang tidak boleh ditinggalkan yaitu rantai, soko nogo jowo (tiang penyangga), kaki garengan (bagian bawah), dua buah bola.
Sedangkan untuk bagian atas, bisa menyesuaikan permintaan pemesan. Seperti bentuk burung garuda, atau bisa diganti dengan patung Rama dan Sinta.
Sementara untuk filosofisnya, macan kurung dikaitkan dengan kritik terhadap penjajahan kolonial Belanda. Di mana, bangsa Indonesia ini, yang diibaratkan sebagai macan di kurung dalam sangkar penjajahan. Sedangkan rantai yang melingkar di kaki macan, ini melambangkan jalinan persaudaraan.
Karena inilah, untuk proses pembuatannya membutuhkan ketrampilan khusus dan juga waktu yang lebih lama dari karya biasanya. Tidak semua pengukir di Jepara bisa membuat, karena membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Sekali salah dalam proses ini, maka karya tersebut dikatakan gagal.
Hingga saat ini, ukiran macan kurung di ambang kepunahan. Karena tidak banyak pengukir Jepara yang bisa membuat ukiran macan kurung dengan pakem-pakem yang ada.
“Selain itu, saat ini tak banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarekan harga macan kurung cukup mahal, jika dibanding karya ukir lainnya,” kata dia.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar