Lasem Kenang Sang Ulama Pejuang Pena dan Pelopor Jurnalisme Dakwah

waktu baca 3 menit
Jumat, 7 Nov 2025 08:43 0 1246 Supriyanto

REMBANG — Mondes.co.id | Ratusan jemaah dari berbagai wilayah membanjiri kompleks Makam Pohlandak, Lasem, Kabupaten Rembang, bertepatan dengan 15 Jumadil Awal 1447 H.

Berkumpulnya masyarakat tersebut untuk menghadiri peringatan Haul Sayyid Chaidar Dahlan.

Beliau dikenang sebagai ulama kharismatik yang menorehkan jejak sebagai pelopor dakwah melalui literasi dan pena, menjadikannya sosok istimewa di tengah para ulama Nusantara.

​Suasana khidmat menyelimuti seluruh rangkaian acara yang sarat nilai spiritual.

Peringatan haul diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama, dilanjutkan dengan pembacaan manaqib Syech Abdul Qadir al-Jaelani.

Acara puncak diisi dengan penyampaian mau‘izhah hasanah oleh KH. Abdul Qoyyum Mansyur dari Lasem.

​Dalam ceramahnya, KH. Qoyyum secara khusus menyoroti keteladanan Sayyid Chaidar Dahlan sebagai ulama yang teguh berjuang melalui media dan literasi, jauh sebelum era digital.

​”Beliau menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya lewat mimbar, tetapi juga lewat pena. Tulisan-tulisannya menjadi cahaya ilmu dan pengabdian,” tegas KH. Qoyyum, kemarin.

Pernyataan ini menggarisbawahi peran penting literasi dalam penyebaran ajaran Islam yang damai.

​Lebih lanjut, ulama kharismatik tersebut juga menyampaikan pesan moral mendalam, mengingatkan jemaah akan pentingnya menjaga pandangan positif terhadap sesama.

“Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak ada yang sempurna, kecuali Nabi yang maksum,” tuturnya, yang disambut anggukan penuh haru dari para hadirin.

​Jejak Ulama

​Sayyid Chaidar Dahlan lahir di Kendal pada tahun 1915 dan wafat di Lasem pada 1980, memiliki garis keturunan (Sayyid) dari Rasulullah SAW.

BACA JUGA :  Bangga, Siswa SMPN 3 Pati Juara Lomba LCC Hardiknas

Ayahnya, Sayyid Hasan bin Shadaqah bin Zaini Dahlan adalah seorang pengajar di Makkah.

​Semasa hidupnya, beliau dikenal aktif di tiga ranah, yakni keagamaan, sosial, dan jurnalistik.

Beliau tercatat pernah mengabdikan diri sebagai wartawan di Asian Press Board (APB) pada masa awal kemerdekaan Indonesia.

Kiprah organisasinya pun menonjol, pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Masyumi Cabang Rembang.

Setelah NU keluar dari Masyumi pada 1953, beliau menjabat sebagai Sekretaris Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Rembang.

​Sebagai seorang penulis yang produktif, Sayyid Chaidar Dahlan meninggalkan warisan karya tulis yang tak ternilai bagi dunia keislaman di Nusantara.

Karya-karya utamanya sebagai berikut.

• ​Biografi Mbah Ma’shoem (1972)
• ​Sejarah Pujangga Islam: Syeikh Nawawi Albantani Indonesia (1978) — dikenal sebagai karya biografis pertama tentang Syeikh Nawawi dalam Bahasa Indonesia.
• ​Biografi Sayyid Hamzah Syatho (1979)
• ​Biografi KH. Ahmad Sanusi Sukabumi (1980)

​Karya-karya ini menjadi cerminan pandangan religius dan intelektual beliau yang membuktikan bahwa pena dapat menjadi instrumen dakwah dan pencerahan yang efektif.

​Peringatan haul tahunan ini diharapkan menjadi momentum inspiratif bagi generasi muda Lasem untuk terus berkarya dan menebar manfaat dengan semangat keilmuan, keterbukaan, dan pengabdian yang diteladankan oleh Sayyid Chaidar Dahlan.

​Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan manaqib Sayyid Chaidar Dahlan oleh KH. Ahfas Hamid Baedlowi dan ditutup dengan pembacaan Surah Yasin, tahlil, serta doa bersama.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini