Foto: Kepala UPTD PPA Dinsos P3AKB Pati, Hartono saat ditemui awak media (Mondes/Singgih) PATI – Mondes.co.id | Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak & Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Pati mencatat ada kenaikan jumlah laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Angka tersebut di tahun ini mencapai ratusan, jika dibandingkan tahun lalu yang hanya puluhan.
Menurut Kepala UPTD PPA Dinsos P3AKB Kabupaten Pati, Hartono, kenaikan laporan angka kekerasan di Kabupaten Pati pada 2025 karena ada sejumlah penyebab.
“Kalau dari data yang kita punya (tahun 2025) disandingkan dari 2024 ada kenaikan yang melapor ke kita. Maksudnya yang kita tangani ada kenaikan, bukan berarti tahun ini jelek karena kasus kekerasan ini seperti gunung es, artinya di permukaan ada (sedikit), di bawah permukaan bawah laut banyak,” terangnya ke awak media, Senin, 29 Desember 2025.
Di antaranya karena meningkatnya kesadaran untuk speak up, hingga tingginya peristiwa kekerasan itu sendiri.
Pada tahun ini total laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak mencapai 113 kasus.
Sedangkan pada tahun kemarin total laporan kekerasan terhadap perempuan dan anak hanya 81 kasus.
“Di 2025 yang kita tangani lebih banyak mungkin ada keberhasilan sosialisasi masyarakat, sehingga berani speak up. Harapan saya kesadaran berani lapor semakin tinggi karena ada beberapa rujukan kementerian juga ada,” ucap Hartono.
Dari ratusan laporan kasus yang terjadi, kekerasan pada anak mendominasi, terutama kejadian di lingkungan pendidikan.
Kemudian, disusul Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
“113 kasus yang sudah masuk laporan ke kita dan sudah kita dampingi. Tahun kemarin 81 kasus, jadi ada kenaikan sekian. Sesuai data kami paling tinggi kekerasan pada anak, kedua KDRT, ketiga kekerasan seksual pada perempuan,” ujar Hartono.
Ia menjelaskan, kasus kekerasan pada anak mencapai 25 persen.
Sedangkan, kasus kekerasan di dalam rumah tangga 20 persen, sementara kejadian kekerasan pun terjadi di kalangan lainnya.
Kekerasan pada anak terjadi paling banyak di sekolah, mereka di antaranya menjadi korban dari teman sebaya, bahkan tenaga pendidik.
Selanjutnya, kekerasan pada hubungan rumah tangga juga terjadi di kalangan pasangan suami istri.
“Kekerasan anak itu ada di sekolah, rata-rata sekolah yang kita dampingi, pelaku ada dari temen, pacaran (anak-anak remaja SMP-SMA), tenaga pendidik ada. Yang kita dampingi selain korban ada saksi, kalau pelaku lain lagi, itu ranah Bapas (Balai Pemasyarakatan),” tuturnya.
Selain dampingi korban, UPTD PPA Dinsos P3AKB Kabupaten Pati juga mendampingi saksi yang melapor.
Biasanya ada banyak laporan dari saksi terkait perkelahian maupun pelecehan seksual.
“Anak sebagai saksi berkelahi dan pelecehan seksual yang banyak, bahkan datanya lumayan, biasanya lebih dari satu. Mudah-mudahan harapan dari UPTD masyarakat tahu kalau ada kekerasan gimana langkahnya, kemana lapornya harus tahu,” paparnya.
Sebagai informasi, UPTD PPA Dinsos P3AKB Kabupaten Pati memiliki ranah menangani kasus kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pati.
Pihaknya berkolaborasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) maupun kepolisian dalam menangani kasus tersebut hingga tuntas.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar