PATI – Mondes.co.id | Setiap tahun pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa, masyarakat Pantura Timur khususnya Desa Ketanggan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, merayakan malam yang dikenal sebagai Lamporan Suro.
Malam sakral ini dipercaya memiliki makna spiritual dan memiliki keistimewaan dalam kepercayaan tradisional Jawa.
Acara ini biasanya diwarnai dengan penerangan jalan menggunakan lampu-lampu yang memberikan kesan magis dan mistis, Rabu, 19 Juli 2023.
Lamporan Suro, juga dikenal sebagai malam pergantian tahun yang memiliki sejarah yang kaya dan bermakna dalam kehidupan sejak era Mataram Islam.
Malam ini sering dihubungkan dengan kepercayaan dan tradisi-tradisi yang bertujuan untuk memberikan perlindungan, keberuntungan, dan keselamatan bagi masyarakat.
Kepala Desa Ketanggan menjelaskan, menyalakan obor yang telah digunakan sejak zaman kuno dan memiliki beragam fungsi dalam berbagai budaya dan tradisi di seluruh dunia.
Obor memiliki makna simbolis yang melambangkan cahaya dalam kegelapan, yang melambangkan harapan dan keberuntungan untuk tahun yang baru.
Selain itu, penerangan obor ini juga diyakini dapat mengusir roh-roh jahat yang berkeliaran di malam tersebut.
“Lamporan dan barongan adalah warisan nenek moyang yang hanya dimiliki satu Desa se Kecamatan Gembong yaitu Desa Ketanggan, yang dipercayai sejak dulu kala untuk mengusir roh-roh jahat, agar hasil bumi, hewan ternak dan kesehatan warga Desa Ketanggan dijauhkan dari segala marabahaya,” ucapnya.
Ketua Panitia Soni MC menambahkan, selain menyalakan lampu-lampu obor, masyarakat Jawa juga melakukan berbagai kegiatan spiritual dan religius pada Malam 1 Suro.
Lamporan Suro juga menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk merenung dan merencanakan masa depan.
Banyak orang memanfaatkan malam ini untuk introspeksi diri, memikirkan tujuan hidup, dan mengambil keputusan penting.
Dalam suasana yang khusyuk dan hening, mereka merenungkan perjalanan hidup yang telah dilalui dan merencanakan langkah-langkah yang akan diambil ke depannya.
“Tradisi Malam 1 Suro Lamporan merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa. Melalui perayaan ini, mereka mempertahankan nilai-nilai dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,” ungkap Soni.
“Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang bersatu dan berbagi, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memelihara dan melestarikan identitas budaya mereka,” sambungnya.
Meskipun zaman telah berubah, Lamporan Suro tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Jawa khususnya di Desa Ketanggan.
Perayaan ini tidak hanya memperkaya warisan budaya Jawa, tetapi juga memberikan kesempatan bagi orang-orang dari latar belakang yang berbeda untuk mengenal dan menghargai kekayaan budaya Jawa yang khas.
“Dengan melibatkan masyarakat lokal dan mempromosikan tradisi-tradisi budaya yang ada, Malam 1 Suro Lamporan dapat terus hidup dan berkembang. Selain itu, perayaan ini juga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dan terlibat dalam melestarikan tradisi serta merawat warisan budaya yang mereka miliki,” pungkasnya. (Dn/Mr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar