Komunitas Sepeda Onthel, Sarana Mengisi Hari Tua

waktu baca 3 menit
Kamis, 23 Mar 2023 06:14 0 1218 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Usianya yang tua dan langka membuat sepeda onthel atau sepeda unta diminati masyarakat. Bahkan banyak yang membentuk komunitas untuk menyalurkan hobinya menunggangi sepeda tua di era kolonial Belanda.

Sepeda onthel juga disebut sebagai sepeda unta, pit kebo (sepeda kerbau). Juga ada yang menyebut pit pancal. Biasanya memiliki tipe standar dengan ban ukuran 28 inchi yang biasa digunakan oleh amsyarakat perkotaan sampai akhir tahun 1970.

Sepeda onthel yang didatangkan dari negeri Belanda, bercirikan posisi duduk tegap dan memiliki reputasi yang sangat kuat dan berkualitas tinggi.

Karakteristiknya adalah terdapat rumah rantai tertutup (katengkas), dengan gigi yang tidak bisa diubah dan biasanya terdapat dinamo bagian roda depan untuk menyalakan lampu. Sebagai kendali, juga dilengkapi dengan rem drum atau rem tromol.

Masyarakat di Indonesia, menggunakan sepeda model ini untuk transportasi dan sebagai kendaraan pribadi selayaknya sepeda motor zaman sekarang.

Sepeda onthel umum dipakai oleh masyarakat perkotaan dari zaman penjajahan Belanda tahun 1950an hingga 1970an. Setelah tahun tersebut hmasyarakat sudah mulai menggunakan sepeda motor.

Seiring dengan perjalanan waktu, keberadaan sepeda onthel sudah mulai bergeser. Semula banyak digunakan oleh masyarakat perkotaan beralih ke wilayah pedesaan.

Hingga pada akhirnya karena usia dan kelangkaan, sepeda onthel ini telah menjadi barang antik. Sekarang, banyak diburu oleh kolektor dan pecinta sepeda antik.

Hal ini sebagaimana komunitas Onto Jowo Golek Bolo, di Kabupaten Jepara. Sebagian besar para anggota yang sudah tidak muda lagi ini, memanfaatkan sepeda tuanya sebagai sarana untuk berkumpul, dan mengisi hari tua.

BACA JUGA :  Air Zam-zam Jemaah Haji Jepara Masih dalam Proses Pengiriman

Di sisa umur mereka, anggota Onto Jowo biasanya bersandar di Bundaran Ngabul (Tugu Tiga Tokoh Perempuan Jepara). Di sana, mereka bersendau gurau sambil menikmati suasana pagi.

“Biasanya setiap hari Jumat dan Minggu, kami bersama-sama ke sana. Jagong, ngopi, ngeteh guyon-guyon kumpul konco bahkan pamer sepeda hehehehe, yah menikmati hari tua,” papar Kaji Iksan (64), Kamis 23 Maret 2023.

Selain itu, komunitas ini juga bergerak di bidang sosial. Sebab pengarusutamaan solidaritas adalah mahkota. Seperti apabila terdapat salah satu anggota yang sakit, maka akan dijenguk bersama.

“Namanya juga orangtua, ada saja penyakitnya. Nah itu, kami akan menjenguk. Juga jika ada yang memiliki hajat, kami secara serentak turut mensuport,” tuturnya.

Iksan juga menambahkan, dari 50 anggota Onto Jowo, tidak hanya diikuti oleh kalangan orangtua saja. Bahkan, pemuda berusia 12 Tahun diperbolehkan untuk gabung.

Sebab, menurutnya, Onto Jowo Golek Bolo memiliki orientasi mengumpulkan teman sebanyak mungkin, bukan eksklusif. Jadi, umur tidak dijadikan patokan.

“Rentang umur yang tergabung saat ini berkisar 12 sampai 85 Tahun. Tidak ada batasan. Meski sudah sepuh tidak mampu naik sepeda, akan kami beri tumpangan di belakang. Ontel bareng,” imbuhnya.

Seperti yang dilakukan Onto Jowo pada Oktober 2022 silam, terdapat tamu komunitas ontel dari Solo dan Semarang. Mereka sambut dengan sukacita.

Saat datang, mereka diajak berkeliling sambil bersepeda ke Makam Sultan Hadirin di Mantingan, dilanjutkan bersepeda ke Pantai Semat.

“Ontel juga bisa menjaga kesehatan, seperti olahraga,” kata Iksan.

Komunitas Onto Jowo sebetulnya baru terbentuk pada Rabiul Awal 1444 H/2022 M. Sebab, komunitas yang tergabung dalam Adam Jaya, Kobra dan masih banyak lagi, tapi saat ini sedang tertidur.

BACA JUGA :  Suporter Timnas Kecewa, Ekspektasi Terlalu Tinggi

Daripada vakum, Iksan menginisiasi bersama Kaji Asyari dan Kaji Ahmadi membangunkan kembali semangat ngepit menggunakan sepeda onta (klasik).

Meski baru berjalan satu tahun, tercatat kini anggotanya mencapai 50 orang. Yang terdiri dari berbagai golongan, bawah hingga atas guyub dalam komunitas ini. Semoga Sepeda Tua ini, yang menjadi saksi masa lampau akan selalu ada. (Ar/Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini