Kemarau Akibatkan Lahan Sawah di Pati Tidak Produktif, Produksi Gabah Anjlok

waktu baca 2 menit
Kamis, 14 Sep 2023 14:55 0 780 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Gagal panen padi terjadi pada sebagian lahan persawahan di Kabupaten Pati, tepat di musim tanam ketiga (MT 3) tahun 2023. Akibatnya, terjadi kelangkaan gabah sehingga harganya naik secara signifikan.

Perlu diketahui, pada MT 3 ini sebagian besar lahan sawah tak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan petani memilih bercocok tanam komoditas lain di musim kemarau.

Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Nikentri Meiningrum menyampaikan bahwa fenomena kemarau panjang di Indonesia mengakibatkan kondisi lahan sawah di Kabupaten Pati kering. Ditambah, sebagian besar lahan persawahan merupakan tadah hujan.

“MT 3 hanya sedikit sawah yang produksi. Sangat jauh berbeda dengan MT 1 dan MT 2. Rata-rata masih di angka 6 ton per hektar, ada juga yang sampai 10 ton per hektar,” ungkap wanita yang akrab disapa Niken kepada Mondes.co.id, Kamis, 14 September 2023.

Banyaknya sawah tadah hujan sangat menggantungkan pengairan dari musim yang terjadi, terutama di Pati bagian selatan. Ia menyebut, dari total 56.000 hektar lahan sawah, yang berhasil panen di MT 3 hanya 8.500 hektar.

Niken menambahkan, penurunan produksi gabah pada MT 3 dipengaruhi oleh minimnya irigasi. Oleh sebab itu, terjadilah kelangkaan gabah karena hanya sedikit sekali petani di Bumi Mina Tani yang mampu menghasilkan komoditas gabah di tengah keringnya cuaca.

Ia membandingkan harga gabah kering MT 1 dan MT 2 dengan harga gabah kering di MT 3. Dispertan Kabupaten Pati mencatat, di MT 1 dan MT 2 seharga Rp4.800 per kilogram, sedangkan pada MT 3 seharga Rp6.000 per kilogram.

BACA JUGA :  Selingkuh hingga Judol Picu Tingginya Perceraian di Pati

“Sehingga harga gabah kering menjadi tinggi. Sekarang di angka Rp6.000 (per kilogram). Padahal pada MT sebelumnya (MT 1 dan MT 2) di angka Rp4.000-an,” tandasnya.

Sementara, kondisi ini tampak menjadi masalah yang diderita oleh petani. Menurut petani asal Desa Tambahmulyo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Kawi mengatakan bahwa kondisi demikian membuatnya tidak menanam komoditas padi di lahannya.

Padahal biasanya dirinya menanam tanaman padi di lahan persawahan yang ia garap.

“Masa ketigo (MT 3) tidak menanam padi. Saya nanamnya palawija,” ungkapnya.

Tanaman palawija ia pilih sebagai tanaman yang cocok dibudidayakan di musim kemarau. Dirinya menanam palawija pada Mei hingga Agustus 2023 lalu.

“Ini palawija, sudah panen pada Agustus kemarin,” tandas Kawi.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini