REMBANG – Mondes.co.id |Di tengah rimbunnya hutan wilayah Mlatirejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, tersembunyi sebuah keajaiban alam yang menakjubkan.
Sebuah Kedung (lubang air) terbentuk secara alami, yang oleh warga setempat diberi nama Kedung Mbah Semar, layaknya tokoh karismatik dalam dunia pewayangan Jawa.
Keunikan Kedung ini terletak pada kemampuannya untuk tetap menyuplai air, bahkan di tengah terpaan kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut.
Menurut penuturan Sujadi, seorang warga Desa Sendangmulyo yang kerap memanfaatkan keberadaan kedung ini, Kedung Mbah Semar menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar, terutama untuk keperluan irigasi pertanian.
“Ketika musim kemarau tiba, air dari Kedung ini sangat kami andalkan untuk mengairi tanaman di ladang. Selain itu, desa-desa tetangga juga memanfaatkan airnya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mencuci, dan berbagai keperluan rumah tangga lainnya,” ungkap Sujadi dengan nada syukur.
Lebih lanjut, Sujadi menjelaskan bahwa air dari Kedung Mbah Semar dialirkan melalui sistem pipanisasi menuju Desa Mlatirejo, Desa Logede, serta beberapa dukuhan yang tersebar di wilayah Desa Logede.
Sistem ini memastikan bahwa ketersediaan air dapat diakses oleh lebih banyak warga yang membutuhkan.
“Yang lebih unik lagi, meskipun musim kemarau, Kedung ini tetap mengalirkan air dari sela-sela bebatuan. Bahkan, terkadang air yang keluar sangat jernih, sampai-sampai bisa langsung diminum oleh para petani yang sedang beristirahat setelah bekerja di ladang hutan,” tambahnya, menggambarkan betapa alaminya sumber air tersebut.
Fenomena Kedung Mbah Semar yang tak pernah kering ini tentu menimbulkan decak kagum dan rasa syukur di kalangan warga.
Di tengah tantangan kekeringan yang seringkali dihadapi saat musim kemarau, keberadaan kedung ini menjadi anugerah yang menjaga keberlangsungan aktivitas pertanian dan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di beberapa desa sekitar hutan Mlatirejo.
Kisah tentang Kedung Mbah Semar ini menjadi bukti betapa alam menyimpan kejutan dan sumber daya yang tak ternilai harganya.
Keberadaannya juga mengingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan sumber-sumber air alami yang ada di dalamnya, demi keberlangsungan hidup generasi kini dan nanti.
Kedung Mbah Semar bukan hanya sekadar sumber air, tetapi juga simbol ketahanan alam dan kearifan lokal dalam memanfaatkan anugerah yang diberikan.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar