Kasus DBD di Rembang Meningkat Saat Musim Hujan

waktu baca 2 menit
Sabtu, 14 Des 2024 09:02 0 320 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id | Meningkatnya intensitas curah hujan di Kabupaten Rembang akhir-akhir ini berdampak pada peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Hal ini dikarenakan munculnya berbagai tempat penampungan air yang menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama DBD.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, sepanjang tahun 2024 tercatat 325 kasus DBD, dengan sembilan di antaranya berujung pada kematian.

Kasus ini didominasi oleh kelompok usia anak-anak antara 5 hingga 15 tahun.

“Penyakit DBD kebanyakan menyerang anak usia 5-15 tahun. Dari 325 kasus DBD yang tercatat sejak Januari hingga Desember 2024, sembilan pasien di antaranya dinyatakan meninggal,” ujar dr. Jhon Budi, Jumat (13/12/2024).

“Pola peningkatan kasus DBD ini memang cenderung mengikuti musim hujan. Ini karena kebiasaan masyarakat. Namun, kita sudah mengetahui pola ini dan berupaya melakukan pencegahan,” tambahnya.

Dari data yang dipaparkan, Puskesmas Pancur menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi, diikuti oleh Sale, Sumber, dan Sarang.

Sementara itu, Puskesmas Sarang 2, Sluke, dan Rembang 1 mencatatkan kasus paling sedikit.

Salah satu keberhasilan dalam pengendalian DBD adalah program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) di wilayah Puskesmas Lasem.

Program ini berhasil menekan angka kasus DBD secara signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Lasem ini contoh yang bagus. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pemantauan jentik, kasus DBD bisa ditekan drastis,” tambah dr. Jhon Budi.

Meski demikian, angka bebas jentik di Kabupaten Rembang masih belum mencapai target yang ditetapkan, yaitu 95%.

BACA JUGA :  Atasi Pengangguran, Job Fair Rembang Kembali Digelar

Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan DBD masih perlu ditingkatkan.

Untuk mengatasi masalah ini, dr. Jhon Budi menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.

Selain itu, program G1R1J juga perlu terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Hal ini lebih efektif untuk mengantisipasi perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD, dibandingkan dengan fogging.

“Fogging saja tidak cukup. Kita harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam upaya pencegahan DBD,” tegas dr. Jhon Budi.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini