Jondang, Tradisi Lamaran Pengantin yang Dilestarikan

waktu baca 3 menit
Kamis, 27 Jun 2024 18:17 0 657 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Jondang “Jodone Ngandang” tradisi hantaran lamaran pengantin di Desa Kawak, Kecamatan Pakisaji yang masih dilestarikan. Kegiatan dimulai pada Kamis (27/6/2024) di  area Desa Kawak hingga Masjid Wali Kawak.

Jondang mempunyai makna ”Jodone Ngandang” karena Jondang zaman dulu dibuat untuk mempersunting gadis.

Jondang dibuat dari kayu berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk tempat saji makanan, serta dapat digunakan di rumah untuk menyimpan barang-barang berharga, karna zaman dulu masih belum ada almari.

Barang yang disimpan di Jondang pada zaman dulu seperti piring, mangkok, dan perabot rumah tangga lainnya.

Festival Jondang ini merupakan agenda tahunan masyarakat Desa Kawak sebagai salah satu wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, keselamatan, dan rezeki, serta hasil bumi Desa Kawak yang selama ini didapatkan dan dinikmati oleh warga setempat.

Agenda ini mendapatkan antusiasme serta menggambarkan gandrungnya masyarakat Desa Kawak. Masyarakat sudah berbodong-bondong membawa Jondang, gunungan hasil bumi, ondel-ondel, kesenian tongtek, dan patung hewan seperti sapi, kerbau, dan kambing, memadati area Balai Desa sebagai tempat titik kumpul.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh Petinggi Desa Kawak Eko Heri Purwanto dan tokoh adat, kemudian Jondang diarak oleh warga dari Balai Desa hingga Masjid Wali Desa Kawak.

Petinggi Desa Kawak, Eko Heri Purwanto mengatakan, yang mengikuti Festival Jondang ini seluruh RT se-Desa Kawak,

“Kami mempunyai 20 RT, masing-masing RT minimal membawa 1 Jondang, karena kami tahun ini mengambil tema ketahanan pangan dan setiap tahunnya beda-beda tema, tahun kemarin peningkatan UMKM, sebelumnya hasil bumi, tahun sebelumnya lagi pemanfaatan limbah sampah, supaya tidak monoton,” ujar Eko.

BACA JUGA :  Penurunan Angka Stunting Masih Jadi Prioritas Pemkab Pati

“Festival Jondang ini bertujuan untuk nguri-uri budaya yang ada di Desa Kawak, jika Festival Jondang ini tidak dilestarikan, maka akan punah,” kata Eko Heri.

“Dengan Festival Jondang ini, harapan kami bisa menarik wisata lokal maupun internasional untuk datang ke desa kami, yang bertujuan untuk meningkatkan UMKM yang ada di desa kami,” ungkapnya.

“Di sisi lain, kegiatan Jondang juga ini sangat bermakna bagi kami untuk menjalin kerukunan, kebersamaan, dan gotong royong, karena persiapanya tidak cukup satu hari, perlu berhari-hari untuk mempersiapkan festival Jondang ini” imbuhnya di komplek makam masjid wali

Ima (25) salah satu warga RT 10 RW 2 sekaligus peserta, mengaku selalu antusias apabila ada agenda Festival Jondang tersebut.

“Sudah bertahun-tahun ikut terus acara ini, adat dari Kawak sendiri sebagai ciri khas desa, Karena temanya ketahanan pangan, Jondang kami isinya ada padi, ubi, singkong dan sayuran,” ucap Ima.

Ia mengatakan, untuk persiapannya dibutuhkan waktu satu minggu.

“Untuk persiapannya sekitar satu mingguan, kalau buat menghias Jondangnya cuma satu malam, meski dirasa capek mengikuti acara ini, saya tetep seneng dan antusias” ungkap Ima.

Festival Jondang ini menjadi salah satu ikon dan ciri khas Desa Kawak yang dilakukan setiap tahunnya dalam rangkaian acara sedekah bumi Desa.

Oleh karenanya, ini akan terus dilestarikan sebagai bentuk nguri-uri budaya, serta mempererat kerukunan dan ajang silaturahmi antar warga di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini