Jelang Pilkada Trenggalek Muncul Relawan Kotak Kosong, Ada Misi Lain? 

waktu baca 2 menit
Rabu, 11 Sep 2024 13:24 0 649 Heru Wijaya

TRENGGALEK – Mondes.co.id | Masa perpanjangan pendaftaran calon kepala daerah dalam Pilkada 2024 (yang hanya ada calon tunggal) telah berakhir tanggal 4 September 2024 lalu.

Pun begitu, ternyata masih menyisakan 41 daerah dengan hanya satu kontestan. Di antaranya Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yakni pasangan petahana Mochamad Nur Arifin dan Syah Muhammad Natanegara.

Dipastikan, satu pasangan kandidat dimaksud akan bertaruh dan bersaing melawan kotak kosong.

Walau begitu, tidak serta-merta kemenangan bisa mudah diraih. Sebab, aturan mainnya bahwa pemenang harus mendapatkan perolehan di atas 50 persen suara sah.

Apalagi, sudah ada dinamika di tengah masyarakat yang mengatasnamakan gerakan memenangkan kotak kosong.

Melihat hal itu, sejumlah pihak secara opini mulai tergiring, sehingga mengarah akan adanya suasana berbeda dalam kontestasi nanti. Bahwa petahana tidak mudah untuk menang dan tetap harus bertarung melawan kotak kosong (relawan pendukung kotak).

Namun, ternyata ada pendapat berbeda muncul dari salah satu pemerhati politik Jawa Timur, Zainal Abidin yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjend) LSM WAR.

Zainal Abidin berpandangan bahwa relawan tersebut (penggerak pemenangan bumbung kosong atau kotak kosong) dimungkinkan adalah bagian dari skenario politik juga.

“Karena ada ketakutan bisa kalah dengan kotak kosong, skenario itu bisa saja dimunculkan,” sebut Zainal, Rabu (11/9/2024).

Menurut dia, dalam kontestasi politik, tidak ada yang bisa menjamin kandidat tertentu memenangi hati mayoritas pemilih.

Meskipun petahana, selalu saja berpotensi untuk dikalahkan. Apalagi, khususnya di Trenggalek pada level akar rumput, banyak pula yang kurang puas dengan kinerja pasangan Ipin-Syah.

BACA JUGA :  Sejumlah Baliho Calon "Nakal" Dilaporkan ke Bawaslu Pati

“Dari komunikasi dengan warga di berapa tempat, ternyata banyak juga yang kurang puas dengan kinerja Ipin-Syah selama ini,” imbuhnya.

Sehingga, masih kata Zainal, demi mengantisipasi segala kemungkinan, maka disusunlah rencana serta pola-pola agar Pilkada Trenggalek terlihat ada ‘greget’-nya.

Pihak tertentu digandeng, kemudian ‘disuruh’ seolah-olah menjadi lawan petahana.

“Padahal, nantinya para relawan tersebut mungkin sekali malah mendukung petahana. Siapa yang tau isi hati dan komunikasi personal mereka?,” sambung Zainal.

Apalagi terlihat jelas, dirinya menambahkan, para ‘leader’ relawan merupakan tokoh-tokoh Trenggalek yang sudah terbiasa duduk satu meja dengan petahana.

Pada permukaan terlihat sebagai ‘oposan’, tapi di balik layar adalah kawan seperjuangan.

Dalam politik, tidak ada kawan dan musuh abadi, semua akan bermuara pada konflik kepentingan.

“Kita lihat bersama saja bagaimana konstelasi politik di Trenggalek ke depan, analisa saya terbukti atau tidak. Ingat, dalam politik itu tidak ada teman sejati ataupun musuh abadi. Semua sangat mudah berubah, tergantung kepentingan masing-masing,” pungkas wartawan senior tersebut.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini