Inilah Lima Dialek Unik di Jawa Tengah, Yuk Simak

waktu baca 3 menit
Rabu, 17 Jan 2024 18:16 0 1625 admin

Mondes.co.id – Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman, mulai dari tradisi, bahasa, dan kebiasaan.

Keanekaragaman tersebut salah satunya tentang dialek unik di Jawa Tengah, yang memiliki perbedaan di setiap daerahnya.

Perlu diketahui, di wilayah Jawa Tengah terdiri atas lima dialek. Di antaranya adalah dialek Solo-Yogya, dialek Pekalongan, dialek Tegal, dialek Wonosobo, dan dialek Banyumasan. Di mana, pada masing-masing dialek memiliki ciri khas dan karakter tersendiri.

  1. Dialek Solo-Yogya

Berdasarkan rangkuman dari Kemendikbud.co.id menyebutkan bahwa untuk dialek Solo-Yogya menyebar di seluruh wilayah DIY dan sebagian besar wilayah Jawa Tengah bagian timur.

Di antaranya meliputi wilayah eks Keresidenan Pati, Keresidenan Surakarta, Keresidenan Semarang, dan Keresidenan Kedu.

Dirangkum dari sejumlah referensi, dialek Solo-Yogya lebih dikenal dengan penggunaan Bahasa jawa baku. Selain itu, juga memiliki ciri khas menyingkat kata, ataupun menambahi kalimat. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan kata yang diucapkan lebih mantap dan enak didengar, seperti halnya kata ‘goreng’ menjadi ‘nggoreng’.

Dialek Solo-Yogya ini juga dikenal dengan khas pengucapan yang lebih ‘medhok’, contohnya adalah kata ‘duit’ dibaca menjadi ‘dhuwit’.

2. Dialek Pekalongan

Dialek unik di Jawa Tengah selanjutnya adalah dialek Pekalongan, yang meliputi wilayah Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang.

Dialek Pekalongan ini merupakan perpaduan antara bahasa Jawa Semarang (bandek) dan dialek bahasa Jawa Tegal. Sehingga akan memberikan kesan ‘ngapak’.

Ciri khas dialek Pekalongan adalah pengucapan yang cenderung lebih kental, dengan menambahkan huruf /h/ pada kata yang diucapkan. Sebagai contoh adalah kata enyong menjadi enyhong.

BACA JUGA :  Penangkaran Hiu di Pulau Menjangan Besar Habis Terbakar 

3. Dialek Wonosobo

Kemudian, dialek Wonosobo yang mencakup wilayah Kabupaten Wonosobo, di Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kepil, dan Kecamatan Kalibawang.

Disebutkan bahwa dialek Wonosobo merupakan campuran antara bahasa ngapak Banyumasan dengan bahasa Jawa ‘medhok’ yang berasal dari Surakarta/Yogyakarta.

Ciri khas dari dialek ini adalah dalam pengucapan huruf vokal, yakni dengan cara baca yang sama antara huruf vokal pertama dan kedua. Hal ini berlaku dalam sejumlah kosakata, sebagai contoh adalah kata ‘titip’ menjadi ‘tetep’.

4. Dialek Tegal

Keempat adalah dialek Tegal, biasanya digunakan di wilayah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.

Ciri khas dialek Tegal adalah selain terletak pada intonasi, pengucapan dengan kata yang tertulis bunyinya sama. Seperti halnya kata ‘saka’ diucapkan ‘saka’.

5. Dialek Banyumasan

Terakhir adalah dialek Banyumasan yang dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Purbalingga.

Dialek Banyumasan memiliki ciri pengucapan vokal vokal /a/ dan /o/, konsonan /b/, /d/, /k/, /g/, /h/, /y/, /l/, dan /w/ sangat mantap (luged), tegas, lugas, dan tidak mengambang (ampang) atau setengah-setengah. Dialek Banyumasan juga dikenal dengan sebutan ngapak atau penginyongan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini