Hindun Anisah Soroti Tayangan Xpose Uncensored Melukai Santri di Seluruh Indonesia

waktu baca 2 menit
Rabu, 15 Okt 2025 13:46 0 59 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hindun Anisah, menyoroti adanya tayangan program Xpose Uncensored di salah satu televisi nasional yang tayang pada 13 Oktober 2025.

DBHCHT TRENGGALEK

Dalam tayangan tersebut membahas terkait perbudakan di pesantren.

Tayangan itu dinilai sangat melukai para santri dan keluarga pondok pesantren di seluruh Indonesia.

Merespons adanya tayangan tersebut, Hindun yang juga Anggota Komisi IV Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),  mengatakan tayangan Xpose Uncensored mengandung fitnah, ujaran kebencian, dan menyakiti hati keluarga pesantren di seluruh Indonesia.

Dia mengatakan, seharusnya tim produksi dalam menyajikan tayangan, berpegang pada kode etik jurnalistik dan bukan framing yang mengandung fitnah dan bisa melukai banyak orang.

Pasalnya, dalam tayangan tersebut mengandung unsur kebencian terhadap kiai yang melukai hati jutaan santri.

“Tradisi pesantren yang dinilai feodal itu cermin ketidaktahuan, kedisiplinan, dan penghormatan kepada kiai. Merupakan bentuk pembelajaran santri untuk membiasakan  memberi tanpa pamrih, beramal jariyah, dan berlatih menjadi manusia berguna pada masyarakat,” kata Hindun, salah satu inisiator Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Rabu (15/10/2025).

Dia menilai, media mestinya bisa memahami realitas pesantren secara lebih luas sebagai sebuah sub-kultur.

Tidak sedikit santri yang menempuh pendidikan di pesantren, mendapatkan beasiswa dari pondok pesantren tersebut.

Bahkan, tidak sedikit pula mereka yang datang tanpa membawa apapun, seluruh ongkos ditanggung pesantren.

“Ini menjadi cermin bahwa pesantren merupakan lembaga yang selama ini memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat,” katanya.

BACA JUGA :  Kunjungan Wisatawan di Rembang Membludak, Tempati Urutan Ketiga Terbanyak se-Jateng

Tidak hanya itu, pesantren juga menjadi sentrum gerakan ekonomi masyarakat.

Contoh kecilnya dengan adanya pesantren, masyarakat sekitar bisa membuka usaha dengan berjualan apa yang menjadi kebutuhan santri.

“Jadi pesantren ini memiliki asal usul, akar budaya dan ciri khasnya sendiri. Orang yang tidak pernah nyantri, sulit untuk memahami dinamika yang ada di dalam pesantren,” kata dia.

Dengan adanya tayangan tersebut, Hindun meminta agar setiap media dalam melakukan pemberitaan agar berpegang teguh pada prinsip dan kode etik jurnalistik.

“Selanjutnya kepada para santri yang hendak menyalurkan aspirasinya agar menjaga ketertiban dan mematuhi aturan yang berlaku,” pungkas peraih Doktor Peradaban Islam Nusantara UNUSIA Jakarta.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini