JEPARA – Mondes.co.id | Insiden longsor yang menewaskan seorang pendaki muda saat camping di Dukuh Jabung, Desa Tanjung, Kecamatan Pakis Aji menjadi keprihatinan semua pihak.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara Moh. Eko Udyyono, mengingatkan masyarakat atau wisatawan untuk menghindari area pegunungan yang berpotensi longsor selama cuaca ekstrem.
Sebab, kondisi geografis di Jepara memiliki kerawanan tinggi terkait bencana tanah longsor.
“Ada baiknya untuk camping jangan dulu. Beberapa tempat situasinya cukup berbahaya, apalagi cuaca cenderung hujan deras. Jadi tolong, nikmati pemandangan saja, jangan sampai mendirikan tenda, karena cuacanya sedang tidak bersahabat,” kata Eko, Sabtu (1/2/2025).
Tak hanya area pegunungan, Jepara juga memiliki sejumlah destinasi wisata pantai, karena daerahnya dekat dengan laut utara.
Pihaknya berpesan, bagi wisatawan di area pantai untuk tidak berenang karena kondisi gelombang juga sedang tinggi.
“Kalau mau wisata ke pantai juga tidak apa-apa. Tapi jangan mandi, lihat pantai atau nikmati suasana di tepi pantainya saja,” sambungnya.
Bagi wisatawan yang ingin berwisata ke pegunungan maupun pantai, ada baiknya selalu mengecek kondisi cuaca terkini melalui laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Bila dirasa ada informasi hujan lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi, pihaknya mengimbau untuk menunda pergi berwisata.
“Memperhatikan situasi kondisi cuaca sangat perlu. Kemudian, carilah tempat wisata yang cukup aman di tengah kondisi cuaca ekstrem seperti ini,” pesannya.
Koordinator Bidang Informasi dan Observasi Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto, menyampaikan bila secara umum Jawa Tengah akhir bulan ini sampai awal Februari 2025 memasuki puncak musim penghujan.
Pihaknya menyarankan, masyarakat yang tinggal di dekat pesisir pantai supaya ekstra waspada karena ada potensi banjir rob yang lebih tinggi.
“Saat ini yang perlu diwaspadai adalah risiko bencana banjir, longsor, dan angin kencang. Karena saat ini ada peningkatan angin monsun Asia, ditambah lagi muncul belokan angin dan tekanan masa udara yang bertemu di wilayah kita. Maka kondisinya sangat mempengaruhi curah hujan yang kecenderungannya semakin meningkat,” terang Giyarto.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar