PATI – Mondes.co.id | Pergi dari Indonesia mungkin menjadi impian bagi mereka yang merasa kesal atas berbagai polemik di negeri ini.
Apalagi, tinggal di Negeri +62 banyak berbagai tindak kejahatan, tindak korupsi, kebijakan yang kurang relevan pada masyarakat, serta pajak yang tinggi, sehingga marak tagar #kaburajadulu.
Namun, artikel ini dibuat bukan tentang tagar #kaburajadulu seperti yang booming di media sosial, melainkan menceritakan pengalaman warga Indonesia yang lebih suka ke luar negeri untuk keperluan berwisata.
Pasalnya, layanan untuk berwisata di dalam negeri semakin kurang nyaman karena berbagai faktor, di antaranya destinasi yang minim, sarana prasarana yang terbatas, pelayanan buruk, penjual yang ketok harga, pungutan liar berlabel tarif untuk daya dukung ekonomi warga setempat, dan harga tiket pesawat yang tinggi.
Kondisi demikian tak pernah ditemukan jika melancong ke mancanegara. Hal ini dirasakan oleh seorang pemuda yang hobi traveling ke luar negeri, Bayu Setyono yang mana kerap menjajal hobi mengunjungi negeri seberang.
Pria yang saat ini berdomisili Jakarta itu, bekerja di salah satu maskapai penerbangan.
Dia memanfaatkan pengalaman kerjanya dengan berkesempatan menikmati liburan di luar negeri, utamanya negara di Asia Tenggara.
Menurutnya, pariwisata di mancanegara jauh lebih asyik ketimbang di Indonesia.
Bayu menilai, biaya penerbangan ke luar negeri jauh lebih murah ketimbang harus take off ke luar pulau di Indonesia.
Bahkan, ia ke Kuala Lumpur, Malaysia hanya memerlukan biaya tiket kurang dari Rp1 juta. Jumlah tersebut dirasa murah jika dibanding terbang dari Jakarta menuju ke Bali, Lombok, bahkan Surabaya sekalipun.
“Tiket pesawat lebih murah, pakai Batik Air, Superjet Air, Transnusa Airlines ke Kuala Lumpur di bawah sejuta. Kalau Batik Air ke Kuala Lumpur Rp600 ribu, kalau peak season sampai Rp700 ribu,” paparnya ketika bercerita kepada Mondes.co.id, Sabtu, 26 April 2025.
Menurutnya, melancong dengan maskapai penerbangan ke berbagai wilayah di Indonesia dibanding ke luar negeri (Asia Tenggara) sangat timpang.
Ia menduga tingginya harga tiket disebabkan oleh pajak yang dikenakan pemerintah.
“Gak usah jauh-jauh, ke Bali, Surabaya, Medan itu mahal, apalagi ke Lombok. Harga tiketnya di atas Rp1 juta semua, Bali Rp1,3 juta, Lombok Rp1,8 juta. Pajaknya kayanya mempengaruhi,” tuturnya.
Bahkan, harga tiket tersebut masih mahal jika dibandingkan negara Asia Tenggara lain seperti Thailand.
Harga tiket untuk menuju ke Negeri Gajah Putih masih lebih murah dibanding ke Pulau Lombok.
“Kalau ke Thailand lebih mahal dibanding Malaysia, soalnya pajak penerbangan ke Thailand tinggi, tapi tetap di bawah Rp2 juta, antara Rp1,2 juta sampai Rp1,5 juta. Mantap aja rasanya liburan ke luar negeri,” ungkap Bayu.
Diketahui, biaya perjalanan sangat mempengaruhi, sehingga sebagian orang lebih tertarik berlibur ke luar negeri.
Meskipun, ia hanyalah pemuda desa yang berasal dari Desa Tlogorejo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, tetapi memiliki hobi yang anti-mainstream.
Pasalnya, berlibur ke luar negeri digunakan sekaligus untuk bekerja.
Ia terobsesi untuk mengunjungi negara-negara yang lebih maju dari Indonesia. Namun, secara budget untuk lokasi wisata di sana terbilang tinggi.
“Kalau saya murni senang keluyuran mencari suasana baru pengen mengunjungi negara yang katanya lebih maju. Walaupun harga barang-barang dan penginapan lebih tinggi, tapi secara sosial keren bisa liburan luar negeri,” ujarnya.
Sejauh ini, Bayu telah mengunjungi Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dalam sekali liburan ia membawa pegangan Rp5 juta.
“Rp5 juta itu pun sisa. Di luar negeri gak kayak di Indonesia ada pungli (pungutan liar) di tempat wisata, gak ada preman dikasih seragam, parkir sudah cashless semua,” ungkapnya.
Kendati demikian, biaya di negara lain pun untuk suatu barang, ada yang lebih mahal dibandingkan Indonesia.
Bayu menyebut, air mineral 1 liter di Singapura seharga Rp20 ribu, beda dengan di Indonesia yang harga maksimal Rp5 ribu.
“Singapura paling mahal, paling murah Malaysia yang terjangkau,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar