REMBANG – Mondes.co.id | Ulama kharismatik asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, mengimbau umat Islam untuk lebih berhati-hati dalam bertutur kata selama bulan suci Ramadan.
Imbauan ini disampaikan sebagai pengingat agar setiap perkataan yang dilontarkan dapat disaring terlebih dahulu, guna menghindari potensi menyakiti perasaan orang lain.
Gus Baha menyoroti pentingnya menjaga keharmonisan antar sesama, terutama di bulan yang penuh berkah ini.
Dirinya mencontohkan ungkapan seperti “rugi sekali tidak shalat tarawih, padahal Ramadan hanya datang setahun sekali”.
Ungkapan seperti itu sebaiknya dihindari. Menurutnya, ungkapan tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian orang yang memiliki keterbatasan dalam melaksanakan shalat tarawih.
“Saya sendiri tidak pernah melaksanakan sholat tarawih 30 hari penuh. Namun, bukan berarti saya tidak menghargai ibadah tersebut,” ujar Gus Baha, seperti dikutip dari kanal YouTube Sekolah Akhirat pada Rabu (5/3/2025).
Ulama kondang ini juga menjelaskan, shalat tarawih merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan.
Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat kondisi-kondisi tertentu yang membuat sebagian umat Islam tidak dapat melaksanakannya secara penuh.
Misalnya, para pekerja yang harus bertugas di malam hari, atau mereka yang memiliki keterbatasan fisik.
“Banyak saudara kita yang tidak bisa tarawih karena profesi pekerjaan dia satpam, takut majikan. Ada juga dia tukang jaga toko dan mereka menjaga toko macam-macam agar tidak ada penjahat yang nyolong,” papar Gus Baha.
Gus Baha menekankan, mencari nafkah yang halal adalah kewajiban, sementara shalat tarawih adalah sunnah.
Oleh karena itu, dirinya mengajak para ulama untuk memberikan contoh yang bijak dalam menyikapi perbedaan kondisi umat Islam.
“Coba orang yang jaga toko itu ingin menafkahi keluarganya tanpa mencuri dan tanpa minta-minta, masa hanya gara-gara enggak sholat Tarawih dikomentari ‘puasa doang enggak Tarawih’. Coba sekarang saya tanya, mencari kehalalan itu wajib, dan sholat tarawih itu Sunnah. Makanya ulama harus punya nyali mencontohkan,” tutupnya.
Dengan demikian, Gus Baha berharap umat Islam dapat lebih memahami esensi dari ibadah Ramadan, yaitu meningkatkan ketakwaan dan mempererat tali persaudaraan, tanpa saling menghakimi.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar