Gagal Panen Menghantui Petani Jagung di Jepara

waktu baca 2 menit
Jumat, 20 Okt 2023 11:02 0 734 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Krisis air di Kabupaten Jepara juga berdampak pada perkebunan jagung milik warga di Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan. Minimnya sumber air, menyebabkan tanaman jagung mereka tidak bisa mendapatkan pasokan air. Akibatnya, tanaman mereka terancam gagal panen.

Ketua Kelompok Tani Margo Tentrem, Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamat Giyarto (60) harus bekerja keras dengan empat orang rekannya untuk menghidupkan diesel agar sawah padi dan jagung milik mereka dapat teraliri oleh air. Diceritakan, di musim kemarau kali ini banyak tanaman jagung milik para petani yang ada di desanya terancam mati karena kekurangan sumber pengairan.

“Tanaman jagung banyak yang mati. Ini akan berdampak pada menurunnya hasil panen para petani,” kata Giyarto, Kamis 20 Oktober 2023.

Ia bersama empat rekan lainnya terbilang masih cukup beruntung karena masih ada air yang bisa mengalir ke sawah yang mereka garap. Meskipun dengan konsekuensi modal yang mereka keluarkan untuk menggarap lahan juga ikut bertambah.

“Hasilnya berapa di musim kayak gini ya nggak bisa diprediksi. Modalnya udah berkali-kali lipat. Kayak pengairan itu aja misalnya, sehari semalem itu belum tentu bisa mengairi satu kotak, sedangkan seharinya butuh BBM paling nggak Rp250 ribu,,” katanya.

Di musim kemarau seperti ini, menurutnya harapan para petani tidak banyak. Asalkan modal yang mereka keluarkan untuk menanam bisa kembali, menurutnya sudah membuat para petani merasa senang.

“Iki gampange wong nandur jagung modale balik wes do seneng, meskipun modal tenaganya nggak bisa balik,” ujarnya.

BACA JUGA :  Welahan Jadi Desa Tangguh Bencana, Puluhan Warga Dilatih Jadi Relawan

Sulitnya mendapatkan air untuk mengairi lahan pertanian juga dialami oleh para petani di Desa Sidigede, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara. Munawar (65) bersama enam orang rekannya juga tampak bahu membahu membenahi sumur bor agar bisa mengalirkan air di sawah milik mereka. Sumur tersebut menurutnya memiliki kedalaman sekitar 75 m.

Namun karena diesel yang mereka gunakan tidak lagi kuat untuk mengangkat air sampai ke atas permukaan tanah, menyebabkan mereka terpaksa untuk beralih menggunakan siber. Sehingga mau tidak mau, modal yang mereka keluarkan juga ikut bertambah.

“Sumur bor itu kedalamannya sekitar 75 m, airnya bisa keluar, cuma ini dieselnya udah nggak kuat ngangkat air ke atas. Sehingga kita ganti menggunakan siber. Satu paket ini harganya Rp3 juta, kalau ditambah sama peralatan yang lain totalnya jadi Rp5 juta. Nanti ketambahan sewa disel dinamo karena disini nggak ada listrik itu Rp5 juta,” katanya.

Akibat dari krisis air tersebut juga menyebabkan banyak pohon jagung yang ada di sekitar lahan tersebut menjadi mati.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini