PATI – Mondes.co.id | Sebanyak ratusan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Pati mengaku mendapatkan efek samping saat pergantian obat Antiretroviral (ARV).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, Luky Pratugas Narimo, pun menanggapi fenomena tersebut.
“Ini kita diskusikan dengan teman-teman di P2B. Karena terus terang yang jenis TLE ini punya efek samping yang lebih daripada TLD,” ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Diungkapkan, stok obat ARV jenis TLD didroping oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.
Hanya saja, untuk saat ini, stok jenis obat tersebut sedang kosong.
“Kebetulan yang TLD ini kosong karena kita bergantung dari droping pusat, Kemenkes. Dari Kemenkes sudah kita upayakan komunikasi, tapi memang tidak ada karena refocusing itu,” jelasnya.
Adanya temuan efek samping, pihaknya bakal berupaya untuk mengatasi.
Adapun caranya melakukan koordinasi dengan daerah lain untuk menanyakan stok obat ARV jenis TLD.
“Coba kita carikan solusi yang lain supaya ARV jenis TLD ini kita relokasi. Mungkin dari Kabupaten lain,” terangnya.
Sedangkan terkait jumlah pengidap HIV/AIDS yang terkena efek samping pergantian obat ARV, Dinkes Pati mengaku belum mengetahui data pasti.
Diberitakan sebelumnya, Koordinator Rumah Matahari Pati, Ari Subekti, mengaku saat ini mendampingi 550 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Dikatakan, hampir seluruh ratusan pasien HIV/AIDS tersebut terkena efek samping pergantian obat ARV.
Ada 3 kombinasi obat yang dikonsumsi ODHA.
Semula obatnya berjenis Tenofovir, Lamivudine, dan Dolutegravir (TLD).
Namun, obat tersebut kini diganti menjadi Tenofovir, Lamivudine, Efavirenz (TLE).
Menurutnya, ada bermacam efek samping yang dirasakan ODHA di Kabupaten Pati akibat pergantian satu salah jenis obat itu. Mulai dari mual hingga gatal-gatal.
“Pergantian obat ini ternyata untuk teman-teman ini membuat efek samping yang cukup berat. Seperti mual, muntah, pusing, sampai ruam dan gatal,” ucapnya.
Ia menyebut, pergantian obat ini terjadi awal Juni 2025 ini.
Pihaknya juga tidak mengetahui alasan pasti adanya pergantian obat tersebut.
“Sebelumnya tidak ada sosialisasi pergantian, kemudian tiba-tiba ketika teman-teman mengambil obat itu diganti. Alasannya stok di pemerintah sedang kosong,” bebernya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar