JEPARA – Mondes.co.id | Desa dan Kecamatan tersukses menekan angka stunting di Kabupaten Jepara diminta membagikan best practice atau ilmunya kepada desa dan kecamatan lain di Jepara. Mereka adalah Desa Banyumanis (Donorojo) dan Kecamatan Mlonggo.
Mereka membagikan best practice pada rakor penurunan stunting yang diikuti 100 peserta mulai dari perangkat daerah, camat, hingga desa, terutama 60 desa yang ditetapkan sebagai lokasi pilot project menuju desa zero stunting pada Rabu, 1 November 2023 di Hotel D Season Jepara.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Jepara Moh. Ali mengatakan, dalam cakupan kewilayahan, Desa Banyumanis (Donorojo) dan Kecamatan Mlonggo paling berhasil menekan stunting di Jepara.
Camat Mlonggo Sulistiyo mengatakan, di wilayahnya pada akhir tahun 2022 terdapat 373 kasus stunting. Tapi kini berhasil dientaskan hingga tinggal 105.
Sedangkan Petinggi Banyumanis Subandrio menyebut, keberhasilan desanya menekan stunting dilakukan melalui program Cafe Baby ‘Magizter’, akronim dari Makanan Bergizi Terstandar. Dalam program ini, kader Posyandu melatih pembuatan makanan bergizi kepada ibu-ibu setempat, agar bisa membuat sendiri makanan tambahan untuk mengentaskan stunting.
Saat diberikan kepada 600-an anak sasaran di desa itu, program ini mampu menekan jumlah kasus dari 40 anak pada Maret 2022, menjadi hanya 11 anak pada Agustus 2023.
Sekda Jepara Edy Sujatmiko berharap agar anak-anak yang masih dalam status stunting bisa segera terentaskan. Pengelolaan stunting harus dijadikan sebagai aset daerah.
“Kita urus sebaik mungkin sebagai aset. Maksudnya, jika kita berhasil menekan stunting hingga angkanya seminimal mungkin, maka masa depan mereka dan Jepara akan lebih baik,” katanya.
Keberhasilan penanganan sebelumnya hingga memperoleh insentif fiskal Rp24,4 miliar, dia harapkan memacu kinerja makin baik. Berdasar Survei Status Gini Imdonesia (SSGI), prevalensi stunting di Jepara turun dari 25 persen (2021) ke 18,2 persen. Angka ini terbaik di eks-Karesidenan Pati.
“Berdasar e-PPGBM angka kita lebih kecil lagi. Tapi itu kita gunakan parsial di internal kita untuk mengukur kinerja penurunan,” tambahnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar