Derita Petani Pati, Terus Merugi Dicecar Cuaca Ekstrem

waktu baca 2 menit
Selasa, 19 Mar 2024 12:39 0 913 Harold

PATI – Mondes.co.id | Petani di Kabupaten Pati terus merugi, setelah ditelan kegagalan akibat musim kemarau yang dibarengi fenomena El Nino pada tahun lalu.

Sekarang pada musim penghujan, berhektare-hektare lahan persawahan tergenang banjir.

Kondisi tersebut, salah satunya dirasakan oleh Sunhadi. Petani asal Kecamatan Jakenan ini, hanya bisa pasrah menyaksikan sawahnya tergenang.

Setengah hektare tanaman padi yang berbulir keemasan, gagal jadi tumpuan hidup setelah ditelan bencana.

“Kerugian kurang lebih Rp20 juta. Karena enggak sempat diselamatkan, banjir datangnya mendadak. Kalau pun misalnya bisa diselamatkan, itu susah mengeringkannya,” ujarnya, Selasa 19 Maret 2024.

Kejadian seperti ini bukan kali pertama dialami. Hampir setiap musim hujan tiba, sawahnya kebanjiran dan beberapa kali tanamnya mengalami gagal panen atau puso.

Sejak pergantian tahun 2022 ke 2023 hingga awal tahun 2024, para petani di Bumi Mina Tani memang tidak bernasib baik, akibat deru cuaca ekstrem.

Kegagalan panen selama satu tahun penuh dirasakan Parmin (45) salah seorang petani Desa Mintobasuki Kecamatan Gabus.

Ia menyebut, dari ketiga musim tanam (MT) padinya gagal tumbuh akibat beragam bencana.

“Dari MT pertama rusak karena banjir, lalu MT dua ada serangan hama virus tungro. Saat MT tiga padi kami gagal panen sebab suplai air yang masuk ke sawah kurang,” ungkapnya.

Dan sekarang, petani dibayang-bayangi puso akibat banjir yang disebabkan intensitas hujan tinggi tak henti.

Berkaca dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, tercatat ada seluas 2.920 hektare lahan persawahan yang terendam banjir.

BACA JUGA :  Wanita di Jepalo Ditikam, Pelaku Tusuk Diri Usai Lancarkan Aksi

Rinciannya, 1388 hektare lahan persawahan di 15 desa di Kecamatan Gabus, 340 hektare lahan persawahan di Desa Srikaton Kecamatan Kayen.

Sebanyak 50 hektare lahan persawahan di Desa Gadingrejo Juwana, 798 hektare lahan persawahan di delapan desa di Kecamatan Jakenan, dan 344 hektare tujuh desa di Kecamatan Pati.

Data tersebut dimungkinkan jauh lebih besar di lapangan. Mengingat ada sedikit ketimpangan antara data dari instansi tersebut dengan data relawan dan observasi lapangan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini