Dangdut Lawas Ditelan Zaman, Kian Redup di Balik Tren Musik Ambyar hingga Remix Sound Horeg

waktu baca 2 menit
Kamis, 30 Jan 2025 12:24 0 542 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kesenian dangdut merupakan kesenian khas Melayu yang sudah menjadi hiburan turun-temurun di Tanah Air hingga masa kini.

Namun, di era modern, musik dangdut telah diaransemen sedemikian rupa, hingga originalitas dangdut mulai buyar.

Musik-musik koplo, ambyar, hingga remix telah merajai tangga musik di Indonesia, sehingga hadirnya musik-musik tersebut lebih akrab di telinga masyarakat Tanah Air.

Sedangkan, musik dangdut yang original kini telah jarang terdengar, bahkan genre tersebut telah menjadi dangdut lawas di tengah blantika musik nasional.

Menurut Choirul Amin, seorang seniman dangdut lawas asal Kabupaten Pati, eksistensi dangdut sudah mulai buyar karena minat musik dangdut original telah berganti ke musik bergenre dangdut lain.

“Sekarang belum ada job, biasanya latihan, arisan, atau kumpul-kumpul. Monggo kalau dibantu mencari acara, siap paket minimalis maupun besar,” ucapnya kepada Mondes.co.id, Kamis, 30 Januari 2025.

Ia bahkan menyinggung keberadaan musik dangdut ambyar dan dangdut remix.

“Sekarang musik ambyar ditambah sound horeg yang diminati anak-anak muda. Di Pati kebanyakan ambyaran semua,” imbuh Ketua Paguyuban Seniman Dangdut Lawas Kabupaten Pati.

Menurutnya, masyarakat di Bumi Mina Tani sudah jarang menanggap dangdut bergenre lawas, terutama masyarakat di wilayah Pati bagian timur dan utara.

Namun, beda dengan masyarakat di Kabupaten Pati bagian selatan, mereka masih memiliki selera dangdut original.

“Tapi daerah Pati sekarang, Purwodadi, Demak, Jepara, Semarang masih banyak juga yang selera dangdut original kok. Kalau di Pati timur atau utara sudah ambyar semua seleranya,” tutur musisi grup dangdut Kirana itu.

BACA JUGA :  Harga Ikan Anjlok, Nelayan Karimunjawa di Ambang Kerugian

Ia mengaku, sepinya peminat selera dangdut bergenre lawas atau original menyebabkan timnya sepi tanggapan.

Bahkan, dirinya mendorong agar pemerintah setempat dapat mendorong kesempatan bagi seniman dangdut lawas, supaya musik dangdut bergenre original tetap mengudara.

“Biasanya hajat nikahan, khitanan, syukuran, bersih desa, halal bihalal, rata-rata itu. Setiap bulan masih rutin keliling, untuk acara apa saja, harga nanti bisa dinego,” ungkap Amin.

Sejauh ini, personel Paguyuban Seniman Dangdut Lawas di Kabupaten Pati berjumlah 50 orang.

Pihaknya berharap Bupati Pati terpilih agar lebih peduli pada pekerja seni.

“Rata-rata orkes sepi semua ini, kalah sama organ house music. Coba bantu kami tunggu bupati yang baru, mudah-mudahan peduli dengan kondisi pekerja seni,” tutup pria asal Juwana.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini