Cerita Haru Penunggu Air Terjun Songgo Langit, dan Keampuhan Air Bertuah

waktu baca 3 menit
Kamis, 6 Jul 2023 11:34 3 10453 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Air terjun Songgo Langit, sebuah air terjun tinggi berada di Dukuh Nglencer, Desa Bucu, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, memiliki kisah misteri yang tersembunyi, dan belum terpecahkan hingga sekarang.

Dari asal namanya, Songgo Langit, berarti air terjun yang tinggi terlihat seperti penyangga langit.

Tinggi air terjun Songgo Langit sekitar 90 meter dengan lebar 2 meter.

Sehingga menegaskan, Air Terjun Songgo Langit menjadi air terjun terbesar yang ada di lereng Gunung Muria.

Air yang mengalir menuju air terjun Songgo Langit bukan berasal dari sumber mata air langsung, tetapi dari sungai yang ada di atasnya.

Di atas air terjun terhampar area persawahan yang luas.

Di tengah-tengahnya terdapat sungai yang aliran airnya menuju air terjun Songgo Langit.

Dengan demikian, arus air terjun sangat dipengaruhi musim, jika musim hujan tiba akan sangat deras dan terlihat sangat bagus.

Begitu juga sebaliknya. Jika musim kemarau, kondisi airnya tidak begitu deras.

Palung atau kolam utama tepat air terjun jatuh ke dasar kolam memiliki kedalaman hingga 8 meter, dengan pusaran air yang begitu kuat.

Sehingga terdapat larangan untuk berenang di bawah air terjun tersebut.

Sudah beberapa kali lokasi ini menelan korban jiwa karena kedalaman serta kuatnya pusaran arus.

Memang begitu adanya, pesona keindahan dan tingginya Air terjun Songgolangit.

Namun di balik keindahan Air Terjun Songolangit, tersimpan cerita sedih sepasang suami istri yang sangat mengharukan.

BACA JUGA :  Akhirnya Persijap Jepara Kembali ke Liga 1, Menang Dramatis 1-0 atas PSPS

Budayawan Jepara, Hadi Priyanto, menceritakan cerita tutur masyarakat setempat.

Air Terjun Songgo Langit berasal dari kisah seorang perjaka yang berasal dari Desa Tunahan.

Ia menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal dukuh Sumanding.

Kedua desa ini dulu dipisahkan sungai yang cukup besar.

Sungai berada di atas bukit dan mengalir dengan deras ke bawah menjadi air terjun.

Setelah dirasa cocok dan mendapatkan persetujuan dari orangtua, jalinan cinta mereka akhirnya berlanjut hingga ke jenjang perkawainan.

Cerita berawal dari kisah suatu fajar. Saat itu, sang istri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta.

Dalam penyediaan sarapan tersebut, si istri kurang berhati-hati, sehingga menimbulkan suara gemerisik karena alat dapur yang saling bersentuhan.

Lantaran suara itu, konon sang mertua atau ibu si isteri menegur anaknya “Ojo Glondangan, mengko mundhak bojomu tangi.”

Atau arti dalam bahasa Indonesia, “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun.”

Rupanya, si suami salah mendengar, menurutnya sang mertua berkata “Kerjo kok glondangan, rumangsamu barange bojomu,” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu.”

Mendengar teguran itu, si suami merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua.

Karenaya pada tengah malam, ia mengajak istrinya untuk pergi dari rumah. Keinginan mereka akan pindah ke tempat asal lelaki.

Akhirnya, pada hari yang ditentukan dengan mengendarai pedati atau gerobak yang ditarik oleh sapi mereka meninggalkan rumah.

Mereka berangkat tengah malam pada saat gelap gulita.

Oleh karena jalannya gelap, maka pedati yang mereka naiki salah jalan.

Karena jalannya berbukti mereka tidak dapat menguasai pedati itu, dan masuk sungai yang mengalir ke jurang yang sangat dalam yang sekarang dikenal Air Terjun Songgolangit.

BACA JUGA :  PMI Jepara Turun ke Desa, Bantu Warga Terkena Musibah Kebakaran 

Tentu orangtua pasangan pengantin merasa sedih, dan mencoba segala cara untuk mencari keberadaan mereka.

Namun, sepasang pengantin tersebut hilang dan tidak ada yang mengetahui keberadaannya sampai sekarang.

Kisah ini diturunkan secara turun-temurun, dan masih melekat kuat di hati masyarakat.

“Sehingga, konon merupakan pantangan antara orang Desa Tunahan, dan Desa Bucu untuk hidup bersama sebagai suami istri. Karena dikhawatirkan hubungan mereka menjadi kemelut,” tutur Hadi.

Namun demikian, tidak semua orang percaya adanya kisah dan mitos tersebut.

Saat ini, juga sudah banyak, warga Tunahan dan Bucu yang menikah. Mereka juga bahagia.

Namun, tidak sedikit pula yang masih percaya cerita tutur bahwa legenda sepasang suami istri tersebut, saat ini yang menjadi penunggu kawasan itu.

Mereka juga percaya air yang mengalir dari air terjun berkhasiat membuat awet muda. (Ar/Dr)

3 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Fifin
    1 tahun  lalu

    Itu bukan cerita jurang nganten ya?

    Balas
    Paimo
    1 tahun  lalu

    Kabarnya sekarang suami istri itu kerja di rsj semarang. Jadi tidak sempat lagi menunggu air terjun songgo langit.

    Balas
    Indri
    1 tahun  lalu

    Iki Dudu critane air terjun jurang nganten Tah??

    Balas
LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini