PATI – Mondes.co.id | Aktivitas tambang di Pati bagian Selatan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berbagai sektor.
Bahkan, adanya tambang di lokasi, tak jarang menyebabkan bencana hingga korban.
Terbaru, seorang anak yatim berumur 8 tahun warga Sukolilo, menjadi korban truk muatan tambang di Pegunungan Kendeng.
Akibatnya, bocah berinisial K yang diketahui merupakan gadis yatim itu, harus menjalani perawatan medis karena mengalami pembekuan darah pada otak, imbas tertimpa material tambang.
Hal tersebut, membuncah saat demontrasi menuntut tambang ditutup yang digelar di depan gerbang Polresta Pati, Senin (5/5/2025).
Koordinator Aliansi Sukolilo Bangkit, Slamet Riyanto, mengatakan musibah yang menimpa anak yatim ini terjadi dua pekan lalu.
“Ponakan saya, kemarin habis operasi karena kena batu tambang. Harus menjalani perawatan di RSUD RAA Soewondo Pati,” ujarnya di lokasi demo.
Musibah bermula, ketika korban diboncengkan kakak perempuannya yang berinisial G (17) hendak pergi ke Kecamatan Kayen.
Namun, saat melintasi Jalan Pati-Purwodadi tepatnya di Desa Sukolilo, mereka berpapasan dengan truk dump bermuatan material tambang tanpa penutup bak.
Saat itulah, material batu besar dari bak truk menimpa kedua korban.
Imbasnya, sang kakak mengalami lecet-lecet, sementara sang adik tak sadarkan diri karena material menimpa kepala.
“Lokasi kecelakaan itu tak jauh dari Polsek. Sekitar 25 meter,” imbuh Slamet Riyanto.
Selanjutnya, lantaran keadaan korban yang sangat memperhatikan, akhirnya dilarikan ke RSUD RAA Soewondo Pati untuk menjalani perawatan medis.
“Keponakan saya kena runtuhan hasil tambang. Tertimbun batu tambang. Saat kondisi masih proses penyembuhan. Tidak ada tanggung jawab dari sopir dump truk maupun itikad baik untuk memberikan santunan atau apa,” keluhnya.
Diungkapkan, keponakannya tersebut harus dioperasi di bagian kepala, lantaran darah membeku.
Butuh 24 jahitan di bagian kepala. Saat ini, gadis cilik itu sudah diperbolehkan pulang dan menjalani perawatan jalan.
“Tak ada sanksi truk tambang yang baknya terbuka. Sudah pulang, tidak ada santunan. Kejadian dua pekan yang lalu,” ungkapnya.
Dampak negatif yang terus berulang dari tambang ilegal di kawasan karst Pegunungan Kendeng, semakin membuat warga geram.
“Selama ini kejahatan lingkungan atau tambang puluhan tahun dibiarkan. Tidak ada dari pihak APH menindaklanjuti atau memberikan sanksi pada tambang ilegal yang merugikan alam dan warga,” pungkas dia.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar