PATI – Mondes.co.id | Bumi Mina Tani, julukan Kabupaten Pati karena buminya yang memiliki kekayaan dari hasil mina (produksi kelautan) dan tani (produksi agraris).
Produksi maritim di Kabupaten Pati tidak hanya berupa tangkapan laut, ada juga olahan garam yang sudah menjadi kawasan produksi besar di Indonesia.
Pembina Mutu Hasil Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Ari Wibowo menyatakan, lebih dari 50 persen kawasan olahan garam di Kabupaten Pati berada di Kecamatan Batangan.
Di antaranya Desa Bumimulyo, Jembangan, Ketitang Wetan, Lengkong, Mangunlegi, Pecangaan, dan Raci.
Total produksi terakhir sebesar 116.344,61 ton atau 116 ribu ton.
“Ada empat kecamatan yang memiliki produksi dan lahan garam terbesar, yaitu Batangan, Juwana, Ndari (Wedarijaksa), dan Trangkil. Potensinya paling besar di Batangan sebab panasnya dari sana, luasnya paling besar dan hasil produksinya juga tinggi hampir 50 persen dari seluruh produksi di Pati. Masa produksi garam dilakukan Mei sampai November sewaktu sinar matahari masih terik,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Jumat, 2 Mei 2025.
Kemudian, terdapat Kecamatan Juwana yang memiliki hasil produksi di urutan kedua terbanyak yakni 69.621,3 ton atau 69 ribu ton, yang diproduksi dari Desa Agungmulyo, Bakaran Kulon, Genengmulyo, Langgenharjo, dan Trimulyo.
Selanjutnya, ada Kecamatan Wedarijaksa yang diproduksi dari tiga desa saja, yakni Desa Kepoh, Tlogoharum, dan Tluwuk sebesar 54.705,56 ton atau 54 ribu ton.
“Kadang kalau Batangan sudah produksi, Juwana dan Wedarijaksa sedang pengolahan lahan, di Trangkil kadang belum apa-apa karena kawasan terpanas datang pertama kali dari kecamatan paling timur (Batangan). Tidak serta merta pas musim kemarau langsung jadi garam,, karena tambak garam sebelumnya dipakai untuk budi daya ikan sehingga dibutuhkan meja garam, ulir air dan lain sebagainya,” beber Ari.
Dan Kecamatan Trangkil mempunyai hasil produksi garam paling sedikit yaitu 36.371,91 ton atau 36 ribu ton, yang tersebar dari Desa Asempapan, Guyangan, Kadilangu, Kertomulyo, Sambilawang, dan Tlutup. Ari menyebut, Kecamatan Trangkil melakukan produksi garam paling akhir dibanding ketiga kecamatan lainnya.
Diketahui, matahari sangat berperan penting dalam memproduksi garam sehingga garam dapat dibudidaya secara opt9imal ketika musim kemarau. Oleh karena itu, menurut Ari, proses pengolahan garam di Bumi Mina Tani berlangsung mulai Mei sampai dengan November.
“Mei, Juni, Juli, Agustus itu empat bulan efektif budi daya garam setelah itu musim hujan tidak produksi lagi, meskipun sampai November masih ada produksi tetapi produk menurun. Saat hujan lahannya ndak bisa, otomatis musim hujan berhenti produksi,” pungkasnya.
Menurut catatan DKP Kabupaten Pati, berikut ini ketiga desa di setiap kecamatan dengan total produksi garam paling besar. Jumlah ini dihimpun pada Mei hingga November 2024 lalu, sebagai acuan untuk masa pengolahan lahan garam di Mei tahun 2025 ini.
1. Bumimulyo dengan total produksi 40.758,93 ton
2. Ketitang Wetan dengan total produksi 32.470,78 ton
3. Raci dengan total produksi 30.042,53 ton
1. Genengmulyo dengan total produksi 29.947,25 ton
2. Agungmulyo dengan total produksi 17.197,81 ton
3. Langgenharjo dengan total produksi 12.434,43 ton
1. Tluwuk dengan total produksi 24.148,62 ton
2. Tlogoharum dengan total produksi 17.294,05 ton
3. Kepoh dengan total produksi 13.262,39 ton
1. Kertomulyo dengan total produksi 11.968,99 ton
2. Sambilawang dengan total produksi 8.593,11 ton
3. Asempapan dengan total produksi 6.876,34 ton.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar