PATI – Mondes.co.id | Bencana hidrometeorologi dituding menjadi biang merosotnya produksi padi di Provinsi Jawa Tengah.
Mengingat, saat musim kemarau datang, kekeringan dan kesulitan akses irigasi terganjal.
Sementara saat penghujan, lahan persawahan rentan diterjang bencana banjir.
“Nek ketigo ora iso cewok, nek rendeng ora iso ndodok (kalau musim kemarau tidak bisa cebok [kekeringan], kalau musim hujan tidak bisa jongkok [banjir]),” kata Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, di Pendopo Kabupaten Pati, Senin (21/4/2025).
Gubernur Luthfi mengamini, jika produksi padi di Jawa Tengah cenderung menurun setiap tahunnya.
Pada 2017 lalu, produksi padi di Jateng menembus angka 11,39 juta ton. Kemudian menurun menjadi 10,49 juta ton pada tahun 2018.
Kembali merosot menjadi 9,65 juta ton pada tahun 2019. Lalu kembali menurun menjadi 9,48 juta ton di tahun 2020.
Naik sedikit 9,61 juta ton pada tahun 2021. Serta kembali mengalami penurunan 9,35 juta ton pada tahun 2022.
Selanjutnya menjadi 9,08 juta ton pada tahun 2023 silam.
Kondisi ini terjadi di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Khususnya eks Keresidenan Pati, baik Kabupaten Pati, Blora, Kudus, maupun Rembang. Bencana banjir dan kekeringan mengintai petani setiap tahunnya.
“Nah ini yang menjadi prioritas kita. Sehingga esensi (acara) ini akan muncul,” terang Gubernur Luthfi.
Diketahui, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi datang ke Pati dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah Eks Karesidenan Pati di Pendopo Kabupaten Pati.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar