Banjir Bandang Masih Mengintai Warga di Bantaran Sungai Godo

waktu baca 3 menit
Jumat, 1 Des 2023 20:24 0 1564 Singgih Tri

MENGANCAM: Debit air Sungai Godo pasca normalisasi. (Mondes/dok. warga)

PATI – Mondes.co.id | Hujan menjadi berkah bagi sebagian orang, di sisi lain guyuran hujan juga mendatangkan hal negatif bila ekosistem tidak mendukung, khususnya minimnya area resapan air.

 

Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi dalam durasi lebih satu jam tak hanya menjadi berkah bagi warga, tetapi juga mendatangkan musibah bagi warga di bagian Selatan Kabupaten Pati. Terlebih, kondisi gundulnya hutan maupun kapasitas sungai yang tidak optimal menyebabkan banjir bandang menggenangi pemukiman warga, seperti yang terjadi di Kecamatan Tambakromo.

 

“Kalau hujan lama, intensitas deras, ditambah penggundulan hutan sehingga tidak ada respaan air dari pohon di hulu menyebabkan banjir lagi. Desember ini nanti apabila curah hujan semakin naik akan, di logika saja pasti banjir,” kata Harno, relawan Masyarakat Tanggap Bencana (Mastana) Pati saat diwawancarai Mondes.co.id, Jumat, 1 Desember 2023.

 

Menurutnya, pada Desember ini kondisi curah hujan akan semakin meningkat, sehingga diprediksi hujan akan terus mengguyur dari siang sampai malam. Kondisi tersebut mengakibatkan sungai tidak optimal menampung air yang datang mengguyur maupun air yang datang dari hulu.

 

Di saat itulah pihaknya memberikan aba-aba waspada bagi penduduk di kawasan hilir. Pasalnya peristiwa banjir bandang pasti terjadi bila sungai tak mampu menampung volume air yang berlebih.

 

“Hujan yang datang tidak mampu ditampung di kawasan gunung, akhirnya banjir membawa lumpur, makanya luapan-luapan sungai terjadi karena lumpur. Lumpur-lumpur itu membuat sungainya semakin dangkal,” ucap Harno saat menunjukkan kondisi sungai.

BACA JUGA :  Harga Tembakau Menggiurkan, Komoditas Ini Makin Diminati Petani Pati

 

Harno menyimpulkan, penyebab datangnya banjir bandang yang melanda Desa Sinomwidodo, Desa Angkatan Lor, dan Desa Angkatan Kidul ialah tak mampunya air meresap di kawasan Pegunungan Kendeng. Dan, kondisi dangkalnya Sungai Godo sehingga debit air meluber sampai ke permukiman warga.

 

“Saya survei ke hulu yang berada di Selonatah dan Selowire. Kalau saya katakan waspada, maka jembatan di Desa Gunungpanti saya kasih aba-aba agar desa di bawahnya tahu. Saya komunikasi terus, apakah airnya masih tetap di sana apa turun,” ungkapnya.

 

 

Perlu diketahui, pada 2022 kondisi banjir parah terjadi di Desa Sinomwidodo yang merupakan kawasan pinggir Sungai Godo. Hal itu dipicu lantaran Sungai Godo tidak mampu menampung air yang datang dari Dukuh Selonatah dan Dukuh Selowire yang berada di Desa Gunungpanti, Kecamatan Winong. Kedua dukuh tersebut merupakan kawasan hulu Sungai Godo yang mengalir hingga Desa Sinomwidodo.

 

Atas kondisi tersebut, Pemkab Pati menormalisasi sungai tersebut. Setiap sisi diperlebar masing-masing satu meter.

 

“Sudah ada normalisasi sungai yang terjadi di Gunungpanti, sehingga luberan terjadi di jalan, sebelah jembatan luberannya ke bibir sungai. Andai saja tidak ada pengerukan (normalisasi), maka yang terjadi luapannya langsung ke rumah warga,” terangnya.

 

Di sisi lain, Harno menyampaikan bahwa meski normalisasi telah dilakukan, dikarenakan banjir bandang dari hulu membawa material lumpur menyebabkan sungai mengalami pendangkalan. Kondisi diperparah tumpukan sampah yang merusak fungsi sungai.

 

“Kalau waktu hujanya sudah 1 sampai 2 jam, kemungkinan besar banjir lagi karena material lumpur menyebabkan sungai mendangkal. Di samping itu, banyak warga yang tidak sadar kebersihan dengan membuang sampah seenaknya,” pungkas Harno.

BACA JUGA :  Stadion Joyokusumo Minim Penerangan, Ratusan Patifosi Tagih Janji Pemerintah

Editor: redaksi

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini