Foto; Wakil Kepala KPH Perhutani Kediri Selatan, Hermawan (Mondes/Her) TRENGGALEK – Mondes.co.id | Maraknya bencana di sejumlah daerah, setidaknya menjadi pengingat bahwa kerusakan lingkungan bisa memperparah dampak.
Apalagi, penopang keseimbangan ekologi adalah kelestarian alam sekitar.
Hutan yang merupakan salah satu bagian dari area penyelaras global, selayaknya benar-benar diperhatikan serta dijaga bersama.
Sebagai pengampu kepentingan dalam kawasan (hutan), Perhutani KPH Kediri Selatan pun secara terstruktur telah mengambil langkah.
Berbagai upaya mitigasi bencana dilakukan secara sistematis di seluruh kawasan hutan.
Termasuk yang ada di lingkup Kabupaten Trenggalek, mengingat wilayah ini punya tingkat kerawanan cukup tinggi.
Dikonfirmasi Mondes.co.id, Wakil Kepala KPH Perhutani Kediri Selatan, Hermawan menyebut jika langkah antisipasi sudah rutin digelar.
Di antaranya, berkoordinasi secara intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“KPH Perhutani Kediri Selatan aktif berkoordinasi dengan stakeholder terkait. Khususnya BPBD Kabupaten Trenggalek sebagai komando untuk kemudian bersama bergerak melakukan mitigasi. Terutama di titik rawan longsor dan potensi pohon tumbang,” sebutnya, Sabtu (13/12/2025).
Tidak hanya rutin berpatroli, lanjut Hermawan, Perhutani juga secara proaktif menyampaikan edukasi.
Seperti, pemasangan papan imbauan, sosialisasi tanggal bencana, serta memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Bahkan, setiap petugas yang bertemu warga di lapangan, selalu disisipkan pesan tentang mitigasi.
Tidak lupa, diimbau kepada seluruh pihak ketika mengetahui informasi kebencanaan, agar cepat melaporkan.
“Kepada siapa saja, ketika mengetahui informasi kebencanaan segera melaporkan. Kami akan langsung menindaklanjuti, sekaligus berkoordinasi dengan jajaran samping lain,” imbuh Hermawan.
Ditambahkan olehnya, salah satu bukti efektivitas peringatan dini hasil kolaborasi Perhutani dan BPBD adalah mitigasi bencana tanah retak di Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh.
Setidaknya, 37 KK yang tinggal di lokasi itu bisa terselamatkan.
Melalui sosialisasi antisipatif bersama sebelum kejadian, kemudian memunculkan kewaspadaan.
“Komunikasi maupun koordinasi yang baik dengan BPBD membuktikan bahwa upaya antisipatif sangat penting,” tandasnya.
Apalagi, menurut Hermawan, sebaran zona merah tanah gerak di Trenggalek cukup banyak.
Untuk itu, mitigasi harus dilakukan berlapis, masif, dan proaktif.
Kemudian, masyarakat juga harus benar-benar mematuhi sistem peringatan dini yang ada, serta mengikuti petunjuk sesuai arahan.
Tak kalah penting adalah kesiapan ataupun kesigapan, karena itu akan menentukan efektivitasnya.
“Ketika alarm peringatan BPBD berbunyi, warga harus segera mengungsi ke tempat aman dan berkumpul di posko yang sudah ditentukan. Ikuti arahan ataupun petunjuk evakuasi dengan tetap tenang,” pungkas Hermawan.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar