Ancaman Sesar Aktif, Warga Rembang Dibekali Sekolah Lapangan Gempa dan Tsunami

waktu baca 3 menit
Kamis, 16 Okt 2025 17:33 0 59 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id | Stasiun Geofisika Banjarnegara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Sekolah Lapangan Gempa Bumi dan Tsunami.

DBHCHT TRENGGALEK

Bertempat di Lantai 4 Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Rembang pada Kamis, 16 Oktober 2025.

Diselenggarakan dalam upaya mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana geologi.

​Kegiatan edukasi komprehensif ini diikuti oleh 55 peserta yang berasal dari berbagai unsur strategis.

Meliputi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemadam Kebakaran, aparat keamanan, relawan kebencanaan, tenaga pengajar, pemangku kepentingan terkait, serta perwakilan masyarakat.

Para peserta diberikan pembekalan mendalam mengenai mekanisme Peringatan Dini BMKG, cara membaca peta rawan bencana, hingga praktik evakuasi yang benar.

​Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, dalam paparannya mengungkapkan bahwa Kabupaten Rembang termasuk dalam kawasan dengan aktivitas gempa yang signifikan karena dikelilingi oleh beberapa sesar aktif.

Fokus utama kewaspadaan diarahkan pada Sesar Lasem.

​“Yang paling dekat dengan Rembang ini adalah Sesar Pati atau sering disebut juga Sesar Lasem. Para ahli sepakat Sesar Lasem ini aktif dan patut diwaspadai,” ujar Dr. Daryono.

​Dr. Daryono menjelaskan bahwa potensi maksimum gempa yang dapat ditimbulkan oleh Sesar Lasem mencapai 6,5 Skala Richter (SR).

Angka ini secara tegas lebih besar dibandingkan dengan Gempa Bumi Yogyakarta pada tahun 2006 yang berkekuatan 6,4 SR dan menyebabkan hampir 6.000 korban jiwa.

​Selain Sesar Lasem, wilayah Rembang juga berdekatan dengan sesar aktif lainnya, termasuk Sesar Purwodadi, Blora, Semarang, dan Muria.

BACA JUGA :  Musim Ketoprak Pada Perayaan Sedekah Bumi di Pati

Seluruh sesar tersebut dikategorikan aktif berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh 40 sensor BMKG di Jawa Tengah.

​“Sesar Muria memiliki potensi maksimum 6,2 SR, Semarang 6,5 SR, dan Purwodadi bahkan bisa mencapai 6,7 SR,” jelasnya.

​Mengingat kondisi geologis tersebut, Dr. Daryono menegaskan bahwa gempa bumi memiliki sifat low frequency, high impact, yang berarti jarang terjadi namun berpotensi menimbulkan dampak yang sangat besar.

Oleh karena itu, masyarakat tidak diperkenankan untuk lengah hanya karena belum pernah mengalami gempa besar.

​“Selama ada sumber gempanya, kita harus tetap waspada. Sesar Lasem ini aktif, jadi kesiapsiagaan itu mutlak,” tegasnya.

​Pihak BMKG berharap, melalui sekolah lapangan ini, masyarakat dan pemangku kepentingan di Rembang dapat semakin teredukasi dalam menghadapi ancaman bencana.

“Kita tidak berharap bencana itu terjadi, tapi kita harus siap. Filosofinya adalah menekan korban jiwa melalui pengetahuan dan kesiapsiagaan,” imbuhnya.

​Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Rembang, Dwi Wahyuni Hariyati, menyambut baik inisiatif BMKG ini.

Ia menilai sekolah lapangan tersebut sebagai langkah nyata dalam membangun kesadaran dan budaya sadar bencana di tengah masyarakat.

​“Bencana memang tidak bisa dihindari, tetapi risikonya bisa diminimalkan dengan pengetahuan, kesiapan, dan tindakan yang tepat,” ujarnya.

​Dwi Wahyuni Hariyati juga mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan sesi ini sebagai sarana belajar dan berbagi ilmu mitigasi kebencanaan.

“Semoga ilmu yang diperoleh dapat disebarluaskan kepada keluarga dan masyarakat luas, sehingga terbentuk jejaring masyarakat yang peduli dan siap siaga terhadap bencana,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini