PATI – Mondes.co.id | Dalam acara Kathina Dana di Wihara Bodhi Kaloka diikuti ratusan siswa sekolah minggu agama Buddha yang antusias untuk melangsungkan ritual peribadatan pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Mereka datang dari berbagai sekolah, wihara, dan beragam golongan yang tersebar se-Kabupaten Pati.
Ada pun 8 bhante yang hadir memimpin kegiatan keagamaan tersebut.
Para bhante sangat antusias, begitu pula pada Kathina Dana yang berlangsung di Wihara yang berlokasi di Dukuh Sayang, Desa Karangsari, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
Sebelum kegiatan inti berlangsung, terdapat ritual puja. Ritual puja itu dibawakan oleh 9 anak dari sekolah minggu agama Buddha dengan diarahkan oleh suhu.
Mereka membawa beberapa benda yang memiliki arti tersendiri dalam agama Buddha. Meliputi air, hio (dupa), lilin, bunga, dan buah.
Menurut Ketua Badan Koordinasi Sekolah Minggu Buddha (BKSMB) Kabupaten Pati, Jumi’ah, puja yang dilakukan sebagai bentuk persembahan.
Para barisan puja berasal dari siswa sekolah minggu, yang membawa air sebagai simbol kesucian, kesetiaan, dan kejujuran.
“Itu sebagai simbol seperti air lambang kesucian, diharap kita bersih ketika melaksanakan acara dan menjalankan ajaran Buddha. Lalu hio simbol kebajikan, seperti harum dupa dari kayu pohon cendana,” jelasnya.
Ia menyampaikan bahwa hio melambangkan harumnya Dhamma. Berikutnya ada pelita yang menyimbolkan penerangan.
“Lilin simbol penerangan. Selanjutnya, bunga melambangkan keindahan yang tidak bertahan lama,” imbuhnya.
Dalam filosofinya, kembang atau bunga sebagai keindahan yang akan mengalami kelapukan atau ketidakkekalan.
Sedangkan, makanan atau buah-buahan sebagai perbuatan atau keberhasilan atas segala usaha yang telah dilaksanakan.
“Buah yang dibawakan sebagai simbol rasa syukur untuk alam, karena alam menyediakan untuk kita,” terangnya.
Sembilan anak mulai berjalan bergantian menuju altar untuk mempersembahkan benda yang dibawa masing-masing, mulai dari air, lilin, hio, bunga, dan buah.
Hal ini menjadi pengalaman yang berharga bagi anak untuk ikut di barisan puja, salah satunya Candani.
Ia mengaku senang dan agak gugup ketika melangsungkan prosesi puja. Bersama dengan rekan-rekannya, ia dengan tenang meletakkan persembahan.
“Rasanya senang, walaupun awalnya saya merasa takut. Saya di barisan puja, jumlahnya 9 orang,” tutur siswa SMB Sariputta Ngawen.
Perempuan yang masih berusia 11 tahun tersebut sangat terkesan dengan kesempatan yang ia dapatkan.
Memang tak mudah, bahkan untuk bisa melangsungkan prosesi dengan lancar, butuh waktu dua pekan latihan.
“Butuh dua minggu latihan. Setelah menaruh saya merasa lega,” tutup Candani.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar