Alasan Mengapa Malam Lailatul Qadar Dirahasiakan, Lantas Kapan Terjadinya? 

waktu baca 2 menit
Sabtu, 30 Mar 2024 12:56 0 576 admin

Mondes.co.id | Salah satu keistimewaan di bulan Ramadan ialah bertemu malam Lailatul Qadar, yang dikenal sebagai malam kemuliaan. Di mana pada waktu tersebut lebih baik dari seribu bulan. Hal ini telah dijelaskan langsung dalam surat Al-Qadr ayat 3.

Ini menjadi kesempatan yang mulai bagi umat muslim. Apabila di antara mereka (umat muslim) mengamalkan malam Lailatul Qadar, Allah akan mengampuni dosanya, dilipatgandakan pahalanya, bahkan dikabulkan doa-doanya.

Meskipun begitu, tidak ada yang tahu kapan waktu pasti turunnya malam tersebut.

Dalam penjelasan Fathul Bari oleh Ibnu Hajar, Allah memang sengaja merahasiakan malam Lailatul Qadar. Ini bertujuan agar manusia berlomba-lomba serta bersungguh-sungguh dalam beribadah, khususnya pada bulan Ramadan.

Mengutip dari NU Online, ada yang berpendapat bahwa malam tersebut diperkirakan terjadi pada salah satu di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan. Sebagaimana dalam kitab Musnad Ahmad, juz IV, halaman 316:

اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى أَوْ سَابِعَةٍ تَبْقَى أَوْ خَامِسَةٍ تَبْقَى

Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadan, pada malam ke sembilan yang tersisa, tujuh yang tersisa, dan lima yang tersisa”.

Ada juga yang berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada saat malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Itu artinya mulai dari tanggal 21, 23, 25, 27, 29 bulan Ramadan. Sebagaimana yang dilafalkan Imam Syafi’I dalam kitab Mugnil Muhtaj, juz I, halaman 221:

BACA JUGA :  Dua Siswi MAN 2 Pati Isi Ramadan dengan Kegiatan Produktif

وَلَفْظُ الشَّافِعِيِّ: “وَطَلَبُهَا فِيْ الْوِتْرِ مِنْهُ أَيْ: مِنِ العَشْرِ, اَحَبُّ اِلَيَّ”. وَمِنْ هَذَا اَلْخَبَرُ أَخَذَ القَاضِي الحُسَيْنِ تَأَكُّدَ طَلَبِهَا فِيْ الْعَشْرِ اَلْأَخِيْرِ أَيْضاً؛‎ لِأَنَّ الْوِتْرَ لَا يُدْرَي أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ المَاضِيَ أَوْ الوِتْرَ المُسْتَقْبَلَ؛ فَيَدْخُلُ فِيْهِ‎ الكُلُّ.‎

Artinya : “Lafal dari Imam As-Syafi’i: “Mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan lebih aku sukai.” Kemudian dari kabar As-Syafi’i ini, mengambil pendapat Qadi Husein, yang dijadikan dasar dari kesunahan mencari Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir bulan Ramadan (tanpa mengkhususkan pada malam-malam ganjil). Karena tidak diketahui malam terakhir yang telah lalu ataukah yang akan datang, maka masuklah semua sepuluh hari tersebut.” (Mugnil Muhtaj, juz I, halaman 221).

Selain itu, Pendapat lain mengatakan bahwa malam tersebut terjadi setiap hari di Bulan Ramadan.

Di sisi lain, Imam Syafi’i mengatakan bahwa malam-malam yang potensial turunnya Lailatul Qadar ini terjadi pada malam 21 dan 23 Ramadan.

Sedangkan dari pendapat mayoritas para ulama, malam itu terjadi pada tanggal 27 Ramadan. Pendapat ini bahkan didukung oleh Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi dalam Graraib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini