TRENGGALEK-Mondes.co.id| Hanya karena masalah sepele, sekelompok pemuda tanggung di Trenggalek keroyok anak-anak dibawah umur. Kasus kekerasan yang terjadi kali ini, sebenarnya hanya dipicu oleh kesalahpahaman mengenai arti tulisan pada atribut salah satu perguruan silat.
Akibat dari aksi para pelaku, korban yang masih usia pelajar tersebut babak belur dengan luka-luka di beberapa bagian tubuh dan kepalanya.
Berkat gerak cepat anggota Satreskrim Polres Trenggalek, semua terduga pelaku telah dibekuk dan ditetapkan sebagai tersangka.
Hal tersebut sebagaimana diungkap Kapolres Trenggalek, AKBP Dwiasi Wiyatputra melalui Wakapolres, Kompol Heru Dwi Purnomo saat ‘press release’ yang digelar pada Rabu (26/1/2022) di halaman Mapolres.
Dijelaskan Wakapolres Trenggalek, pihaknya memang sudah menahan dan menetapkan empat orang pemuda berkaitan dengan kasus penganiayaan dimaksud.
“Mereka adalah MNZ (20), ADC (22), MAS (23), ADS (22). Keempatnya merupakan warga Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek yang kini sudah jadi tersangka,” kata Kompol Heru.
Dan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, para pelaku sudah ditahan beserta barang bukti tindak kejahatannya. Kemudian, penyidikpun akan menjerat dengan Undang-Undang RI tentang Perlindungan Anak. Serta pasal 170 dan 351 KUHP. “Dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara,” tegas dia.
Sementara itu, untuk kronologis kejadian, Kasat Reskrim Polres Trenggalek, AKP Arief Rizki Wicaksana menambahkan jika untuk kejadian penganiayaan itu sendiri terjadi pada Sabtu (22/1/2022) yang lalu.
Semua berawal saat korban sedang ngopi dan didatangi oleh dua orang pelaku.
Dari pertemuan kedua pihak inilah akhirnya terjadi percekcokan.
“Penyebabnya, kedua pihak berasal dari dua perguruan silat yang berbeda. Kemudian, setelah terjadi cekcok kedua tersangka mengajak korban pergi ke tempat lain, sebuah rumah yang sepi,” sambung Kasatreskrim.
Dilokasi baru yang sepi, lanjut dia, tiba-tiba dua pelaku lain turut mendatangi lokasi.
Disitu, mereka berempat (para tersangka) menemukan sebuah kaos yang ada tulisannya dan dianggap meremehkan serta menjurus ke perguruan silat mereka.
“Salah satu pelaku menanyakan apa arti tulisan dikaos dan korban menjelaskan bahwa artinya mereka tidak takut dengan perguruan tersebut. ” ujarnya.
Mengetahui arti dari tulisan, pelaku-pelaku inipun mulai tersinggung dan tersulut amarah. Akhirnya, korban dipukuli, ditendang serta dianiaya bersama hingga babak belur.
“Akibat dianiaya, korban mengalami memar di sekujur badan dan kepala,” pungkas AKP Arief.
(Heru/Mondes)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar