Petani Jukung Ramai-Ramai Beralih Tanam Jagung, Ini Penyebabnya

waktu baca 2 menit
Selasa, 23 Des 2025 17:06 0 110 Supriyanto

​REMBANG – Mondes.co.id | Sektor pertanian di Desa Jukung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, kini tengah mengalami transformasi besar.

Puluhan petani yang selama bertahun-tahun mengandalkan singkong sebagai komoditas utama, kini mulai berpindah haluan ke tanaman jagung.

Langkah ini diambil sebagai strategi bertahan hidup menyusul anjloknya harga singkong di pasaran.

​Pergeseran ini dipicu oleh kerugian besar yang dialami petani akibat ketidakseimbangan antara biaya operasional dan harga jual.

Fenomena ini sekaligus menjadi sinyal darurat bagi stabilitas ekonomi tingkat desa.

​Kondisi ekonomi petani singkong di Desa Jukung saat ini berada di titik nadir.

Berdasarkan data di lapangan, harga singkong yang sebelumnya sempat mencapai Rp3.100 per kilogram, kini terjun bebas hingga menyentuh angka Rp1.500 per kilogram.

​Penurunan harga yang mencapai lebih dari 50 persen ini, membuat petani kesulitan menutupi modal awal, mulai dari pembelian bibit, pupuk, hingga upah tenaga kerja.

Jika tetap memaksakan menanam singkong, para petani khawatir akan terjebak dalam lingkaran utang yang semakin dalam.

​Dwi Harsono, salah satu petani progresif asal Desa Jukung, mengonfirmasi fenomena alih fungsi lahan ini.

Menurutnya, hampir seluruh petani di kawasan tersebut kini telah menanam jagung sebagai solusi pemulihan ekonomi.

​”Kami beralih ke jagung karena saat ini harganya jauh lebih menjanjikan. Harapan kami, kerugian dari panen singkong kemarin bisa tertutupi oleh hasil jagung nanti,” ujar Dwi saat ditemui di sela kesibukannya mengolah lahan.

​Saat ini, harga jagung di pasaran berada di kisaran Rp4.500 per kilogram.

BACA JUGA :  ODGJ Bakar Rumah dan Meresahkan Warga Akhirnya Diamankan

Selisih harga yang cukup signifikan dibandingkan singkong inilah yang membangkitkan kembali semangat para petani untuk menggarap lahan mereka.

​Skala peralihan ini tidak main-main.

Diperkirakan sekitar 17 hektar lahan di Desa Jukung, kini telah bertransformasi menjadi hamparan hijau tanaman jagung.

Angka ini mencerminkan betapa masifnya dampak fluktuasi harga komoditas terhadap pola tanam masyarakat setempat.

​Meski demikian, langkah spekulatif ini tetap menyisakan kekhawatiran di benak petani.

Mereka dihantui ketakutan akan terjadinya fluktuasi harga serupa saat masa panen jagung tiba nanti.

​”Harapan kami satu, pemerintah daerah atau pihak terkait bisa menjaga stabilitas harga jagung. Jangan sampai setelah kami semua pindah menanam jagung, harganya ikut anjlok. Kami butuh kepastian agar tidak merugi berulang kali,” pungkas Dwi.

​Kini, nasib ekonomi ratusan keluarga di Desa Jukung bergantung sepenuhnya pada keberhasilan panen jagung dalam beberapa bulan ke depan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini