Foto: Petani serta pedagang matoa asal Kedungsari, Tayu, Cik One (Mondes/Singgih) PATI – Mondes.co.id | Kisah petani buah lokal di Kabupaten Pati sangat inspiratif.
Usaha yang didirikan sejak tahun 2009 ini bisa raih pendapatan hingga Rp1 miliar dalam satu bulan.
Kiswanto yang berdomisili Desa Kedungsari RT 2/RW 2 Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, memanfaatkan matoa itu untuk meraih keuntungan.
Namun, dikarenakan berbuahnya sedikit, maka pasokannya berkurang di bulan ini.
Ia menerangkan, panen raya berlangsung pada Agustus sampai November 2025.
Walau demikian, pengiriman buah terus ada, tapi jumlahnya sedikit.
“Ini saya menjalankan usaha jualan buah matoa. Sudah lama mulai tahun 2009 sampai sekarang,” kata pria dengan sapaan Cik One, Sabtu, 6 Desember 2025.
Menurutnya, buah matoa merupakan jenis tanaman yang banyak di lingkungan rumahnya.
Bahkan, matoa menjadi ciri khas warga Desa Kedungsari, sehingga mudah ditemui.
“Banyak tanaman buah matoa. Ini banyak sekali di Desa Kedungsari,” jelas Cik One.
Ia mengatakan, matoa miliknya biasanya dikirim ke luar Bumi Mina Tani, terutama saat Agustus sampai November ini.
Kiswanto pun mengaku kewalahan melayani permintaan pembeli yang membludak.
“Biasanya ngirim ke Jakarta. Setahun matoa bulan Agustus sampai November kemarin, pesanan terlalu banyak, tapi banyak seperti sekarang lebih sedikit,” urainya.
Dalam sekali kirim, ia bisa menjual 2 sampai 4 ton. Namun rata-rata per hari sekitar 2 ton.
“Sekali kirim di atas 2 ton, 4 ton. 2 ton itu setiap hari,” tuturnya.
Saat panen raya, per kilo hanya Rp25 ribu.
Sedangkan ketika usai panen raya, harganya bisa naik menjadi Rp50 ribu per kilogram.
Ia mengaku, saat sedang ramai omzetnya bisa mencapai Rp1 miliar.
“Tetap ngirim dengan seadanya. Sekarang ini harga Rp50 ribu per kilo. Kalau sekarang beberapa kuintal saja. Omzet Rp1 miliar itu pemutaran sebulan,” ungkapnya.
Cik One juga merasa kewalahan saat permintaan sedang banyak.
Apalagi, belakangan ini adanya pengiriman buah matoa untuk suplai Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Sekarang kirim ke MBG, ke Kendal itu 4 ton. Ke Kudus, Weleri (Kendal), dan Surabaya, baru bulan Oktober 2025 ini,” ucapnya.
Meski begitu, awalnya usaha ini tidak berjalan mulus seperti sekarang.
Ia sempat terjatuh dan nyaris bangkrut karena saat itu ditipu oleh orang.
Beruntung, saat itu dia mendapatkan bantuan dari perbankan, sehingga bisa bangkit lagi.
“Saya sempat nyaris bangkrut tapi dengan modal dari BRI (Bank Rakyat Indonesia) itu Rp200 juta. Itu KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pertama ambil sudah lama, usaha ini bisa beranjak bangkit lagi dan bertahan sampai sekarang,” pungkasnya.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar