Foto: Tomat hasil panen di Rembang (Mondes/Supriyanto) REMBANG – Mondes.co.id | Setelah sempat terpuruk ke titik terendah yang mengkhawatirkan, harga komoditas tomat di Kabupaten Rembang, khususnya di wilayah sekitar Kecamatan Kaliori, kini mengalami lonjakan drastis.
Berdasarkan kesaksian warga, harga tomat yang semula hanya dihargai Rp700 per kilogram (Kg), kini telah meroket hingga mencapai Rp12.000 per Kg.
Kenaikan harga yang signifikan ini, terjadi dalam waktu yang sangat singkat, memberikan angin segar bagi para petani yang sebelumnya menderita kerugian besar akibat harga anjlok.
Peristiwa fluktuasi harga ekstrem ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, khususnya di Desa Maguan, Kecamatan Kaliori.
Karmini, seorang pembeli dan warga desa setempat, mengungkapkan kronologi perubahan harga yang mengejutkan tersebut.
Menurut Karmini, dalam beberapa hari terakhir, harga tomat benar-benar jatuh ke level yang tidak pernah terbayangkan.
“Di sini kemarin harga tomat sempat turun drastis mencapai Rp700,” ujar Karmini.
Harga ini merupakan level terendah yang sangat merugikan bagi petani, bahkan seringkali tidak cukup untuk menutup biaya operasional panen.
Dalam kondisi harga Rp700 per Kg, para petani dihadapkan pada pilihan sulit, memanen dengan kerugian atau membiarkan hasil panen membusuk di ladang.
Kelimpahan pasokan yang tidak diimbangi dengan permintaan yang stabil, seringkali menjadi pemicu utama anjloknya harga hingga ke tingkat yang tidak wajar.
Namun, kondisi pasar tiba-tiba berbalik arah.
Karmini mencatat adanya kenaikan bertahap sebelum mencapai puncaknya hari ini.
”Terus naik Rp4 ribu dan tadi pagi, Jumat (14/11/2025), kami pergi ke pasar sudah mencapai Rp12 ribu,” jelasnya.
Kenaikan dari Rp700 menjadi Rp12.000 per Kg merupakan lompatan harga yang sangat drastis, merefleksikan adanya perubahan cepat dalam dinamika pasokan dan permintaan di tingkat pasar lokal.
Kenaikan tajam yang terjadi dalam hitungan hari, menjadi topik utama bagi para pedagang dan pembeli di pasar.
Meskipun bukan petani tomat, Karmini menyampaikan rasa syukurnya atas membaiknya nasib petani.
Kenaikan harga ini dipercaya dapat membantu para petani memulihkan modal dan menutup kerugian yang mereka alami saat harga jatuh di bawah Rp1.000 per Kg.
”Meski kami bukan petani tomat, ya syukurlah para petani bisa menutupi kerugian kemarin yang sempat anjlok,” tambahnya dengan nada lega.
Kondisi ini memunculkan optimisme di kalangan petani tomat Rembang.
Mereka berharap harga dapat stabil di level yang menguntungkan, sehingga upaya dan biaya yang dikeluarkan untuk bercocok tanam dapat terbayarkan dengan layak.
Fluktuasi harga yang sangat lebar, dari Rp700 hingga Rp12.000, menyoroti kerentanan komoditas pertanian terhadap perubahan iklim, panen raya, dan rantai distribusi yang belum optimal.
Pemerintah daerah Rembang diharapkan dapat mengambil langkah strategis untuk memitigasi risiko harga ekstrem di masa depan.
Sebelumnya, pada bulan Oktober 2025, harga tomat di pasar Rembang juga sempat menyentuh angka sekitar Rp750 per Kg akibat pasokan melimpah dan mendorong Pemerintah Daerah untuk berupaya menjaga harga tetap terkendali.
Namun, lonjakan harga saat ini menunjukkan tantangan berkelanjutan dalam menstabilkan harga, baik saat panen raya (kelebihan pasokan) maupun saat pasokan mulai menipis (kekurangan pasokan).
Ke depan, koordinasi antara petani, pedagang, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan sistem logistik dan distribusi yang lebih efisien.
Ini demi mencegah harga anjlok yang merugikan petani, sekaligus menghindari harga melonjak yang memberatkan konsumen.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar