211 Angkot Beroperasi di Pati, Masih Diminati Pelajar dan Pedagang Pasar

waktu baca 3 menit
Sabtu, 11 Okt 2025 15:28 0 136 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Pati selalu berkoordinasi dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda).

DBHCHT TRENGGALEK

Kaitannya untuk memastikan transportasi umum yang layak bagi masyarakat di Bumi Mina Tani.

Dishub Kabupaten Pati senantiasa mendukung, serta menguji kelayakan angkutan kota (angkot) yang beroperasi di Kabupaten Pati.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dishub Kabupaten Pati, Tony Romas Indriarsa menyebutkan, terdapat sebanyak 211 angkot di Kabupaten Pati.

Wilayah Kabupaten Pati terdapat 16 trayek atau lintasan angkot-angkot tersebut.

“Terdapat 211 angkot masing aktif tersebar di 16 trayek, tetapi satu trayek tidak aktif yang di Pucakwangi karena jarang ada penumpang. Untuk trayek yang lain masih beroperasi seperti Pati-Tayu, Pati-Juwana, Pati-Kaliampo, Pati-Margorejo, Pati-Gembong, Pati-Tlogowungu, Pati-Trangkil dan lain sebagainya,” urainya saat diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu (11/10/2025).

Ia menjelaskan, pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun pedagang pasar masih meminati kendaraan umum tersebut.

Operasional kendaraan ini mulai pukul 05.30 WIB hingga malam, menyesuaikan kondisi penumpang.

“Paling banyak pelajar SMP, pedagang pasar kalau pagi seperti di Tlogowungu, mereka berangkat ke Pati dari sana pagi. Jam beroperasi mulai setengah 06.00 pagi sampai 07.00 pagi, siang atau sore sampai malam,” tuturnya.

Angkot ini masih diminati, lantaran murah dan melayani penumpang dengan sepenuh hati.

Apalagi, mereka selalu standby di titik-titik yang tepat, seperti depan sekolah, area pasar, serta halte di pusat keramaian.

“Namun jam operasi kalau sore sampai malam udah mulai sepi karena keadaan, contoh kalau Tlogowungu pagi akan fokus pedagang kulakan di pasar, tetapi malamnya jarang. Kemudian trayek ke Trangkil maupun ke Kaliampo jemput anak sekolah di SMPN 4 Pati paling ramai, masih jalan,” ujarnya.

BACA JUGA :  Doa Pundenrejo di Tengah Hadapi Tekanan Korporasi dan Janji-janji Pemerintah

Kendaraan berpelat kuning ini kerap dijalankan oleh para pemilik masing-masing yang sekaligus menjadi sopir.

Memiliki kapasitas 10 orang dewasa atau 12 anak. Tarifnya pun hanya Rp4 ribu saja.

“Kapasitas 10 bisa, kalau anak-anak bisa 12 penumpang. Kalau angkot lebih murah, biaya mungkin sekitar Rp4.000 sekitar itu, kita tidak ada tarif resmi,” ungkap Tony.

Kondisi angkot di Kabupaten Pati, menurutnya masih bagus dan layak untuk mengangkut para penumpang.

Dishub Kabupaten Pati pun secara rutin melakukan uji teknis kendaraan, jika kendaraan tidak layak, maka dilarang beroperasi.

Oleh karena itu, koordinasi bersama Organda selalu dilakukan agar menjamin keselamatan para penumpang angkutan umum di Kabupaten Pati.

“Angkot diuji KIR untuk sistem cek perawatan, semua jadi tanggung jawab pemilik, karena kalau gak lolos gak layak jalan. Selama ini terkait angkot memang kita sharing dengan Organda, untuk periksa angkot butuh kita bantu biar tetap bisa jalan,” terangnya.

Kendati demikian, peminat angkot semakin ke sini semakin turun, lantaran banyak masyarakat yang telah memiliki kendaraan sendiri dan mampu mengendarainya.

Bahkan, pelajar dari jauh menuju ke Kota Pati telah menggunakan kendaraan sendiri.

“Selain anak untuk berangkat ke sekolah dan pedagang ke pasar, biasanya angkot kami sering antar anak sekolah di berbagai event pendidikan dan lain-lain. Namun, ada juga pilihan anak yang menaiki motor sendiri ataupun diantar,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini