Laporan Peringatan Bahaya Pohon Kering di Jalan Meteseh, Belum Ada Tindakan

waktu baca 3 menit
Kamis, 2 Okt 2025 16:55 0 67 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id | Pohon-pohon yang berdiri di sepanjang Jalan Meteseh yang menjadi jalur ramai penghubung Kecamatan Kaliori menuju Meteseh atau ke Kecamatan Sumber, kini menjadi sorotan publik.

DBHCHT TRENGGALEK

Hal ini juga memicu kekhawatiran serius, terutama bagi para pengendara yang melewati ruas tersebut.

Kondisi pohon yang kering dan terlihat lapuk, dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan, terutama saat terjadi angin kencang.

​Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi sejumlah pohon di ruas jalan kabupaten tersebut cukup mengkhawatirkan.

Batang dan rantingnya banyak yang sudah kering, bahkan lapuk, menjadikannya rentan tumbang.

Diberitakan Mondes.co.id sebelumnya, posisi pohon yang berada persis di tepi jalur lalu lintas padat ini, membuat risiko kecelakaan semakin tinggi jika sewaktu-waktu pohon tersebut roboh.

​Kekhawatiran mendalam dirasakan oleh warga sekitar dan para pengendara yang setiap hari melintasi jalur tersebut.

Salah satunya adalah Susanto, warga Meteseh yang mengungkapkan kecemasannya.

​”Kondisi pohon sudah cukup lapuk. Medeni iku nek nibani wong (mengkhawatirkan itu kalau sampai menimpa orang),” ujar Susanto, Kamis (2/10/2025).

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, mengingat kejadian pohon tumbang sering terjadi di berbagai wilayah Rembang saat musim penghujan atau angin kencang melanda.

​Ironisnya, meski kondisi darurat ini telah dilaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat sejak 8 Juli, lebih dari dua bulan yang lalu hingga berita ini diturunkan, belum ada penanganan konkret yang dilakukan oleh pihak berwenang.

Lambatnya respons ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat terkait prioritas keselamatan publik.

BACA JUGA :  Cerita Torres, Bocah Berkebutuhan Khusus Hadiahkan Lukisan untuk Wakil Bupati 

​Di sisi lain, masyarakat sekitar, termasuk Susanto, merasa dilema dan tidak berani mengambil inisiatif untuk menebang pohon-pohon kering tersebut.

Pasalnya, pohon-pohon itu terletak di jalan kabupaten yang berarti kewenangan penanganannya berada di tangan Pemerintah Daerah, khususnya DLH.

​Kekhawatiran menyalahi aturan jika melakukan penebangan mandiri menjadi penghalang utama bagi warga.

Masyarakat menyadari bahwa pohon di fasilitas publik memiliki regulasi tersendiri yang harus dipatuhi.

​”Kami tidak berani menebang sendiri, takutnya nanti malah melanggar aturan karena ini di jalan kabupaten,” jelas seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

​Situasi ini menempatkan masyarakat dalam posisi serba salah, di satu sisi mereka khawatir akan bahaya yang mengancam, di sisi lain mereka terikat oleh aturan yang mengharuskan menunggu tindakan resmi dari DLH.

Sebagai informasi, jalan Meteseh merupakan akses vital yang menghubungkan dua kecamatan dan sering dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

Potensi bahaya dari pohon kering ini menjadi bom waktu yang harus segera diselesaikan.

​Masyarakat mendesak DLH Kabupaten Rembang untuk segera bertindak cepat melakukan asesmen dan penanganan, baik melalui pemangkasan dahan yang kering, maupun penebangan total terhadap pohon yang sudah benar-benar lapuk dan berisiko tinggi akan tumbang.

Keselamatan jiwa dan harta benda pengguna jalan harus menjadi prioritas utama.

​DLH Rembang diharapkan dapat merespons laporan warga dengan serius dan segera mengambil langkah sebelum terlambat dan terjadi insiden yang tidak diinginkan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini